Sebuah berita mengejutkan datang dari Australia. Kabar ini beredar pada September lalu, dimana sebuah video Hiu Martil mati mengambang karena terpancing kail beredar luas di masyarakat. Video ini seolah menunjukkan betapa kejamnya pembunuhan hiu secara sistematis di kawasan Great Barrier Reef, Australia.
Setidaknya terdapat 10.400 ikan hiu dibantai di Queensland sejak tahun 2001. Padahal, kebanyakan dari mereka merupakan hiu yang tak berbahaya bagi manusia. Presenter BBC Springwatch, Chris Packham juga turut berkomentar terkait fenomena ini.
“Melihat hiu martil yang eksotis mati terpancing dengan kail raksasa merupakan satu hal yang begitu mengganggu.”, ungkapnya seperti dilansir oleh Daily Mail.
Lebih dari 200.000 wisatawan UK datang ke Queensland setiap tahunnya, namun kebanyakan dari mereka tak tahu bahwa di dalam laut, hiu-hiu dibantai.
Alasan pemerintah Australia dalam melakukan operasi pemancingan dan pembantaian hiu ini adalah untuk alasan keamanan pengunjung. Meskipun kebanyakan aktivis mengatakan bahwa banyak di antara hiu dibantai merupakan hiu yang tak membahayakan manusia. Hiu ini dibunuh dengan menggunakan drumline, sejenis jangkar berupa drum yang di tancapkan di dasar laut.
Drumlines berwarna kuning ini berisi peringatan bagi para perenang untuk menjauhi area tersebut. Namun, disisi lain, juga digunakan sebagai umpan bagi para hiu untuk mendekat ke kail raksasa yang akan memangsa mereka.
Aktivis perlindungan biota laut setempat tengah memperjuangkan 173 drumlines mematikan untuk ditarik kembali. Selain hiu, satwa laut lainnya seperti kura-kura, ikan pari, dan lumba-lumba pun ikut tertangkap kala mereka merapat. Hiu-hiu laut yang tak mati akibat kail pancing, akhirnya akan di tembak mati.
Adanya drumlines yang memanjang sepanga pantai di wilayah Great Barrier Reef ini sebenarnya menuai kontroversi. Dari sisi pegiat perlindungan satwa laut menilai, adanya drumline ini membahayakan keselamatan satwa laut yang hampir punah. Sedangkan menurut pemerintah, adanya drumline ini turut meminimalisir adanya kecelakaan akibat adanya predator lautan.
Meskipun begitu, pemerintah daerah setempat tetap bersikukuh bahwa adanya penyiksaan dan pemancingan terhadap ikan yang dianggap ‘predator’ manusia ini mampu meminimalisir serangan terhadap wisatawan.