Museum Situs Purbakala Semedo yang dibangun sejak 2015 direncanakan akan mulai dibuka untuk umum pada 2021 mendatang. Penggarapan fisik telah selesai, fosil-fosil yang dihimpun dari sejumlah pegiat fosil oleh warga sekitar pun telah selesai dipindahkan ke dalam museum untuk selanjutnya dilakukan penataan oleh para kurator. Nantinya museum ini dikelola oleh Ditjen Kebudayaan Kemendikbud sebagai pusat penelitian dan rekreasi.
Semedo merupakan sebuah desa yang masuk dalam wilayah administratif di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Desa ini menjadi salah satu kawasan situs purbakala di Jawa Tengah. Bahkan dari penelitian arkeologi, fosil-fosil hewan purba di tempat ini usianya jauh lebih tua dari yang ditemukan di daerah Sangiran. Fosil-fosil purba di situs Semedo ditemukan pertama kali tahun 1987 oleh warga setempat, Dakri.
Sebelum dibangunkan museum, fosil-fosil yang ditemukan disimpan di rumah Dakri, beberapa diantaranya dipajang di balai samping rumah Dakri. Sebagian besar fosil yang ditemukan adalah hewan-hewan purba, seperti badak, gajah, gorila, meganthropus (kera raksasa), dan hewan laut purba lainnya. Sedangkan untuk manusia purba yang ditemukan yaitu berjenis Homo erectus yang berusia 18 juta tahun lalu.
1. Tengkorak Homo erectus
Mei 2014, Dakri menemukan sebongkah batu di lekukan kecil Sungai Kawi, Waturajut. Setelah diteliti oleh kurator dari Museum Sangiran diketahui bahwa batu tersebut sangatlah keras dan ditemukan spesimen fosil berupa pecahan atap tengkorak bagian belakang hominid. Dari morfologi luarnya, spesimen ini identik dengan tengkorak hominid dari Grogolan Wetan, Manyarejo yang diyakini sebagai Homo erectus Tipik berumur 700.000 tahun.
2. Rahang dan Gigi Kingkong
Tahun 2014 kembali ditemukan dua spesimen berupa fragmen mandibula dari dua individu berbeda. Hasil analisis menunjukkan bahwa spesimen itu milik individu primata besar Gigantophitecus yang kemudian dijuluki Kingkong dari Semedo. Temuan in jelas sangat langka dan baru pertama ditemukan di Pulau Jawa dan Indonesia. Tiga temuan lain ditemukan di daerah nontropis, yaitu China, Vietnam Utara, dan Pakistan Utara. Umur spesimen ini diprediksi mencapai 7,5 juta tahun hingga 0,4 juta tahun lalu.
3. Alat Litik Koral Kersikan
Spesimen ini merupakan alat-alat paleolitik yang berbahan khas dan jarang ditemukan di lokasi situs purbakala lain. Alat ini dibuat dari batu koral kersikan (silicified coral). Hingga tahun 2014 ditemukan 500 artefak berupa alat masih berukuran genggaman tangan. Jenis-jenisnya diantaranya kapak penetak, kapak perimbas, alat serpih, bati inti, dan alat serut. Penemuan alat litik ini menujukkan posisi penting rangkaian situs Plesosesn.
4. Fosil Gajah Purba Mastodon
Banyak temuan dari ordo Proboscidea di Situs Semedo Tegal, salah satunya yaitu Mastodon. Binatang-binatang raksasa ini hidup sejak 2 juta hingga 1,5 juta tahun lalu. Jejak keberadaan Mastodon ini diketahui berkat temuan molar fauna tersebut di Semedo. Setelah punah di Jawa pada 1,5 juta tahun lalu, belum pernah ditemukan lagi jejaknya di wilayah lain. Penemuan fosil Mastodon ini membuktikan bahwa Situs Semedo menjadi situs prasejarah kuarter tertua di Pulau Jawa.
Berbeda dengan desa-desa lain di sekitarnya, tanah di Desa Semedo terasa lebih gersang dan tandus. Bahkan dari hasil penelitian terkandung garam yang cukup tinggi sehingga sulit untuk ditanami pohon. Tak mengherankan karena memang jutaan tahun lalu, wilayah Desa Semedo dahulunya berupa lautan. Karena adanya pergerakan geologi akhirnya daratan Semedo naik ke permukaan. Sehingga tak heran banyak fosil hewan laut ditemukan.
Misalnya taring hiu, kerang, ubur-ubur, dan udang yang telah mengalami pembatuan. Peneliti dari Museum Sangiran pernah melakukan uji terhadap fosil-fosil hewan laut tersebut, diketahui bahwa usianya mencapai 700 ribu tahun. Sejauh ini terdapat lebih dari 3.000 koleksi fosil purbakala yang telah ditemukan. Sebagian besar ditemukan di sekitar bekas aliran Sungai Rengas. Sungai ini mengering setiap kemarau menyisakan batu-batuan.