Danau Matano Sorowako, Situs Peradaban Besi Tertua di Asia Tenggara

Selain Taman Wisata Alam, Danau Matano Sorowako juga meruapakan situs arkeologi dari peradaban besi pada abad ke-8 sampai abad ke-17.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Danau Matano Sorowako meruapakan danau tektonik yang terletak di ujung timur Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan kedalaman 590 meter, danau ini berada di peringkat pertama danau terdalam di Asia Tenggara, dan urutan 12 di dunia. Total memiliki luas permukaan mencapai 28 Km, berada di ketinggian 382 mdpl. Danau Matano saat ini berstatus sebagai Taman Wisata Alam yang telah diresmikan sejak tahun 1979.

Keanekaragaman hayati di Danau Matano sangat tinggi, WWF bahkan memasukkannya dalam daftar Global Ecoregions. Terdapat enam spesies kerang (Tylomelania), toga spesies kepiting (Gecarcinucidae), 10 spesies ikan bersirip tajam (Thelmaternidae), dan enam spesies udang. Ikan paling terkenal dari danau ini adalah ikan butini (Glossogobius matanensis) dan ikan opudi (Telmatherina celebensis) yang endemik.

Baca juga: Danau Terdalam di Asia Tenggara Ada di Sulawesi Selatan

Panorama Danau Matano dari ketinggian (vale.com).

Peradaban Besi Tertua di Asia Tenggara

Dibalik statusnya sebagai Taman Wisata Alam, Danau Matano Sorowako juga meruapakan situs arkeologi yang menyimpan cerita dari peradaban besi yang berkembang pada abad ke-8 sampai abad ke-17. Januari 2021 lalu, Journal of Archeological Science merilis penemuan penting tentang peradaban yang lama hilang di Danau Matano. Penelitian ini merupakan kerjasama antarlembanga dan antardisiplin ilmu.

Sejumlah pihak yang terlibat dalam penelitian ini di antaranya Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin, Pusat Peneltian Arkeologi Nasional, Australia National University, Pusat Survei Geologi Bandung, Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan, dan Sentra Selam Jogja. Berbagai artefak dari peradaban besi di masa lalu berhasil ditemukan di tepian hingga tepian Danau Matano.

Salah satu yang menyita perhatian adalah penemuan batu rijang di tepian Danau Matano (Situs Rhampu’u). Padahal batu rijang lazim ditemukan di situs pra-sejarah, bukan di zaman logam. Penemuan ini mengungkap perilaku serpih batu. Para ahli menduga, panda besi zaman itu menggunakanbatu rijang untuk memantik api pada proses peleburan besi. Ini menunjukkan bahwa penggunaan alat batu tak berhenti di zaman neolitik.

Sejumlah situs yang semasa dengan Danau Matano tidak ditemukan artefak batu rijang. Situs Karama yang menjadi situs logam tertua di Sulawesi yang berumur 2000 tahun, sama sekali tak ditemukan alat serpih batu serupa batu rijang. Kemungkinan ini adalah bagian dari kearifan lokal orang-orang Matano di zaman dahulu. Kemungkinan orang Matano pernah bertemu atau belajar dari penduduk asli dari era pra-sejarah.

Baca juga: Cagar Alam Pangandaran, Lokasi Hilangnya Peradaban Hindu Sunda

Proses pencarian artefak di Danau Matano (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional).

Danau Purba yang Sangat Tua

Berdasarkan pemeriksaan geologim Danau Matano termasuk danau purba yang terbentuk oleh patahan dari aktivitas tektonik di masa Pleosen sekitar 1-4 juta tahun yang lalu. Dari endapannya diketahui bahwa danau ini menjadi yang tertua dari empat danau lain yang membentuk Danau Malili (Towiti, Mahalona, Masapi, dan Lontoa). Danau Matano memiliki jalur gempa aktif yang dikenal Sesar Matano sepanjang 170 Km.

Banyak masyarakat yang datang ke Danau Matano untuk rekreasi menikmati panorama alam Sulawesi yang indah. Terdapat objek wisata alam di sekitar danau ini, di antaranya yaitu pantai pasir putih, air terjun mata buntu, dan kolam mata air hidup bura-bura. Selain itu ditemukan juga kompleks pemakaman ada dari Suku Matano di Desa Matano. Disediakan perahu bagi yang ingin berkeliling Danau Matano.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU