Museum Kematian Surabaya, Surga Kaum yang Terobsesi pada Kematian

Museum Kematian Surabaya memang mengerikan. Tulang belulang dan tengkorak menggantung di seluruh ruangan, belum lagi aroma dupa yang memenuhi ruangan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Mati kebosanan saat study tour di museum? Tidak akan jika museum yang dikunjungi adalah Museum Kematian Surabaya. Bagaimana bisa bosan, jika museum etnografi di Universitas Airlangga ini berulang kali mengingatkan betapa manusia itu fana di dunia. Kematian yang dipamerkan di museum ini hadir dalam wujud nyata yang sebenarnya, bukan metafora belaka.

Seperti namanya, museum ini memang mengerikan. Tulang belulang dan tengkorak menggantung hampir di seluruh ruangan, belum lagi aroma dupa yang dibakar memenuhi ruangan. Irama derik jangkrik dan lagu melankolis khas film horor begitu menggetarkan nyali. Jika kamu mengaku pemberani cobalah berkunjung ke tempat ini, sendiri!

Sebagian besar pengunjung Museum Kematian Surabaya adalah kalangan akademis mahasiswa jurusan Antropologi, Universitas Airlangga sendiri. Pada awalnya memang museum ini secara khusus didedikasikan sebagai sarana pembelajaran mahasiswa akan tradisi kematian di nusantara. Memang, bangsa Indonesia adalah bangsa yang terobsesi pada kematian.

(Vice/W. Andriana)

Terdapat begitu banyak budaya maupun tradisi kematian di nusantara, yang khusus memahami atau merayakan jasad manusia yang mati dan diandaikan pindah ke alam lain. Museum ini secara lengkap mengkaji kematian dari sudut pandang ilmiah dan budaya tradisi lokal setempat. Bukan hanya proses kajian sambil lalu seperti yang sudah-sudah.

Bagian dinding, dipajang infografis yang berhubungan dengan serba-serbi kematian, mulai dari proses ilmiah yang terjadi pada tubuh saat kematian hingga ragam tradisi kematian di nusantara. Terdapat lima tradisi kematian yang dijelaskan dengan sangat mendetail, yaitu tradisi Brobosan di Jawa Timur, tradisi Saur Matua Suku Batak, tradisi Rambu Solo Suku Toraja, tradisi Ngaben di Bali, dan tradisi kematian masyarakat Trunyan.

(Vice/W. Andriana)

Dari lima tradisi tersebut, tradisi kematian masyarakat Trunyan di Bangli, Bali kiranya adalah yang paling unik. Hal ini dikarenakan jenazah akan dibiarkan begitu saja tergeletak di atas tanah, alias tidak dikuburkan hingga berubah menjadi tulang belulang. Ajaibnya tidak ada aroma busuk yang tercium dari jasad-jasad mati yang tidak dikuburkan di tempat ini.

Penjelasan juga diterangkan dalam bentuk set kerangka manusia yang ditata sedemikian rupa hingga menyerupai bentuk pemakaman di daerah asalnya. Tulang dan jasad yang dipamerkan adalah asli dari manusia yang diawetkan. Banyak sekali jasad manusia asli yang dipamerkan di museum ini, misalnya yang dipakai pada replika pemakaman Trunyan. Sebagian besar jasad diperoleh dari pinjaman oleh pihak kepolisian.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU