Bukan hanya Taiwan saja yang memiliki festival mengerikan dan kejam soal babi dan binatang, di Vietnam pun kita bisa menemukan festival mengerikan berkaitan dengan babi bernama Nem Thuong Pig Slaughter Festival.
Ini merupakan festival yang dilakukan di desa utara Nem Thuong, di provinsi Bac Ninh untuk merayakan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada tanggal 28 Februari.
Dalam ritualnya akan ada dua babi yang diikat, dicat, diarak keliling kota, dan dibunuh di hadapan ribuan penduduk desa setempat. Biasanya babi diikat oleh empat orang lalu dipotong bagian tengah perutnya atau dipotong menjadi dua bagian menggunakan pisau besar, yang jelas proses penyembelihannya tidak manusiawi.
Setelah proses pembantaian, masyarakat akan mencelupkan uang mereka ke darah babi. Ritual ini dipercaya mampu memberikan keberuntungan untuk tahun baru.
Festival ini konon telah berlangsung sejak abad ke-13 dan bertahan hingga sekarang ini.
Pada tahun 2014, hampir 30.000 pendukung Hewan Asia di seluruh dunia menandatangani petisi untuk mengakhiri kekejaman terhadap hewann yang melekat di festival. Petisi ini membuat Vietnam dimuat dalam berita utama di berbagai majalah dunia.
Orang Vietnam sendiri setuju dengan adanya penghentian festival ini. Termasuk Perdana Menteri dan Menteri Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata mengutuk festival tersebut.
Perdebatan terjadi antara kaum muda menganggap tradisi ini melawan hak asasi hewan dan kaum orangtua menganggap hilangnya tradisi ini akan membuat tradisi asli Viernam akan hilang.
Karena isu yang menghantarkan kecaman terhadap Vietnam, mulai pada 5 Februari 2016 telah ada aturan dari pemerintah untuk menghentikan aneka festival tak beradab di seluruh negeri. Termasuk festival pertempuran kerbau.
Animals Asia’s Vietnam Director, Tuan Bendixsen mengatakan, masih ada beberapa pembangkangan terjadi pasca aturan diterapkan, namun semua orang kini telah mengawasi festival ini agar tidak ada lagi kekejaman yang berlanjut di Vietnam termasuk pengawasan terhadap desa-desa setempat yang masih sering ketahuan melakukan festival ini karena merasa ingin menghormati tradisi.