Menikmati Hidup di Hutan Mati Gunung Papandayan

Hutan Mati Gunung Papandayan ternyata tak seangker dan sesuram seperti yang saya kira sebelumnya. Saya belajar menikmati hidup di hutan mati ini.

SHARE :

Ditulis Oleh: Indah Fajarwati

Foto oleh Indah Fajarwati

Terlintas sejenak di pikiran saya ketika mendengar hutan mati adalah hutan yang angker, seram, gelap dan gersang. Tapi saya tidak menyangka ada hutan mati yang cantik dan eksotis seperti ini di Garut, tepatnya di Gunung Papandayan, Jawa Barat.

Hutan mati ini adalah kawasan hutan lebat yang terkena erupsi letusan gunung Papandayan pada 2002 lalu.

Berada disini saya seperti berada di kawasan yang asing, bukan seperti di Indonesia. Padahal tempat ini ada di Garut. Saya terbayang suasana yang digambarkan novel-novel fantasi Eropa.

Di hutan mati, berdiri tegak pohon yang lengkap batang dan dahannya berwarna hitam tapi tak ada daunnya. Tanah disini berwarna putih, tak terlalu keras, agak lembek saat dipijak.

Jika sehabis hujan, ada genangan air yang menambah eksotisnya tempat ini dan membuat saya betah berlama-lama ada disini. Apalagi jika turun kabut, pemandangan alamnya semakin terlihat indah.

Hanya membutuhkan waktu 2-3 jam berjalan kaki melewati kawah belerang yang agak curam.

Hutan mati Gunung Papandayan menjadi tempat favorit banyak pendaki.

Saat saya berkunjung, di kejauhan nampak sepasang calon pengantin sibuk bergaya mengikuti arahan fotografer. Baju yang mereka kenakan ala bangsawan Eropa, lengkap dengan balon warna-warni. Si fotografer berambut gondrong berjongkok, mengambil gambar dari celah dahan pohon berwarna hitam.

Tempat ini memang kerap dijadikan lokasi foto pre wedding. Kebanyakan dari mereka yang memilih pre wedding ditempat ini biasanya adalah yang memiliki hobi mendaki.

Saya hanya memperhatikannya dari kejauhan. Sampai akhirnya saya memberanikan diri meminjam balon mereka untuk foto-foto dengan teman-teman yang lain.

Selain menjadi tempat favorit, hutan mati juga punya spot terbaik jika ingin menikmati matahari terbit. Keindahan matahari terbit dari tempat ini sudah tersohor di Jawa Barat. Karena itu saya tidak heran ribuan pendaki menyerbu Gunung Papandayan. Awal april kemarin saja terbukti lebih dari 3.000 pendaki mengunjungi Gunung Papandayan.

Tidak diperbolehkan mendirikan tenda di wilayah hutan mati ini karena terlalu berbahaya.

Saya sendiri memilih untuk ngecamp di Pondok Salada. Selain Lokasinya yang luas seperti tanah lapang, juga lebih aman karena jauh dari kawah belerang. Selain itu di Pondok Salada lebih dekat dengan sumber air dan tersedia pula fasilitas seperti toilet dan mushola.

Saya yang sudah sering datang ke sini tidak pernah bosan untuk mampir foto-foto di hutan mati atau sekedar melihat indahnya alam ini.

Selain indah, Hutan Mati ini sangat terasa kesan romantisnya jika kita kesini bersama orang terkasih.

Dari hutan mati ini saya belajar, hutan yang sudah mati saja tetap bisa memberikan keindahannnya dan bermanfaat bagi sekitar, kita yang masih hidup harus belajar dari hutan mati ini.

activate javascript

activate javascript
SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU