Terima kasih Mark Zuckerberg telah menciptakan Facebook 10 tahun lalu
Wajib saya lakukan. “Menuju Derawan esok pagi, luar biasa!”. Bagus, setidaknya 3-4 like dari teman pasti saya dapatkan.
Dan saat saya mengganti tipe postingan menjadi pertanyaan, tak sekedar like namun juga komentar bermanfaat.
“Derawan selama 4 hari, ada yang tahu tempat terbaik disana yang harus dikunjungi?”
Belasan like dan puluhan komentar memenuhi tab notifikasi.
Strategi terbaik memang memposting status dengan gaya bertanya. Saya mendapat itenerary gratis, saran-saran tempat terbaik, serta tips trik lain dibanding saya hanya memposting sebuah informasi seperti “akan pergi kemana saya”. Hal terbaik adalah bertemu dengan seorang teman Facebook yang belum pernah saya temui sebelumnya. Bahkan dengan sangat baik hati menawarkan pergi bersama ke suatu tempat.
” Hei besok juga saya akan ke Derawan, bagaimana kalau kita bertemu di X dan berkunjung ke Y bersama? tempat itu tak bagus dikunjungi seorang diri”.
Saya tak pernah sekalipun berkunjung ke Makassar sebelumnya. Makassar tak serawan Jakarta, namun berada di sebuah tempat asing tanpa seorangpun yang saya kenal bukan ide bagus. Selain rawan, mungkin saya akan cukup kesepian.
Hal yang dapat saya lakukan, mencari seorang teman facebook di kolom pencarian dengan mengetikan “Makassar”.
Berbagai pilihan muncul, “orang yang sekarang tinggal di Makassar” , atau setidaknya meminta saran pada ” Orang yang pernah berada di Makassar”.
Fitur yang dulu awalnya saya pikir hanya untuk menunjukan tempat tinggal kita pada seseorang, ternyata berguna disaat seperti ini.
Saya bersyukur tak asal menerima permintaan pertemanan. Orang-orang yang saya terima adalah orang yang saya kenal atau setidaknya dia kenal dengan kawan saya. Saat saya tiba-tiba menghubungi lewat wall, dengan menyebut saya teman dari si A, mereka tak akan curiga serta senang hati memberi bantuan.
Saya harus lebih mendekatkan diri pada seseorang yang telah bersedia sebagai guide atau pemberi informasi gratis tentang suatu tempat di kolom komentar status saya sebelumnya.
Hal terbaik yang dapat saya lakukan adalah menyapa lewat kolom chat. Tentu tak sopan jika saya bertanya macam-macam tanpa memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Orang mungkin akan berpikir macam-macam dan curiga ketika saya tiba-tiba mendekatinya, atau mungkin juga dia merasa dimanfaatkan hanya karena saya membutuhkannya di saat tertentu seperti ini. Penting untuk mencairkan suasana.
Obrolan perlahan menghangat dengan sendirinya. Dan informasi-informasi tempat terbaik yang mungkin hanya diketahui seorang warga lokal – harga tiket masuk, menawar pedagang, jalan pintas – saya dapatkan.
Setelah semua informasi saya dapatkan, saya bertukar kontak pribadi dengan orang baik tersebut, setelah itu log out dari Facebook.
Facebook salah satu yang terbaik untuk mencari info sebelum berangkat, namun dia bukan teman perjalanan yang baik.
Facebook membuat saya kehilangan fokus untuk menikmati serunya perjalanan.