Pariwisata Dieng sudah lama menarik perhatian masyarakat Indonesia bahkan dunia. Destinasinya tak pernah sepi karena keindahannya yang jarang bisa ditemui di berbagai destinasi lain di Indonesia bahkan dunia.
Di satu kawasan bahkan kita bisa menemui ragam destinasi, mulai dari telaga, danau, bukit, gunung, hingga candi. Tak ayal jika penginapan dan homestay di Dieng kini ramai dikunjungi wisatawan.
Berdasarkan keterangan Ketua Kelompok Sadar Wisata Dieng Pandawa, Alif Faozi, tahun 2006 hanya ada 5 homestay di area Dieng Kulon. Kini homestay makin bertambah seiring mencuatnya media sosial atas keindahan yang dimiliki Dieng.
“Dulu homestay hanya lima rumah. Sekarang sudah ratusan rumah. Kini sudah dicontoh oleh desa lain.” ujar Alif kepada Phinemo pada Sabtu (4/8/2018)
Bisa dibilang, rumah-rumah warga di sekitar wisata Dieng telah menjadi homestay, tempat menginap para wisatawan yang datang. Harganya bervariasi, Rp150 ribu tanpa kamar mandi dalam dan Rp200 ribu untuk yang memiliki fasilitas kamar mandi dalam dengan air hangat.
“Rencananya Saya mau menyewakan homestay Saya dengan harga Rp150 ribu karena belum ada kamar mandinya. Di sini harganya segitu pokoknya Mbak, kalau ada kamar mandinya Rp200 ribu.” ujar Siska (26), salah seorang warga Dieng Kulon yang kini berencana membuka homestay di Dieng
Saat phinemo menanyakan lebih lanjut rencana Siska, ternyata ia ingin membuka homestaynya dan mempromosikan dengan dua cara, lewat guide dan lewat online.
Kami juga bertemu dengan beberapa pemilik homestay lainnya, ternyata lebih banyak masyarakat yang memilih untuk sewakan homestay lewat guide daripada online. Saat mereka kami tanya ternyata mereka belum tahu cara mendaftarkan homestay untuk disewakan secara online.
“Online? Gimana itu caranya mbak?” ujar Sopiah, Pemilik Homestay Azalea yang telah membuka homestaynya selama tiga tahun ini.
Sementara itu, adik Sopiah yang juga menyewakan homestay mengaku pernah menyewakan homestaynya menggunakan sistem online, tapi akhirnya ia setop karena kurang menguntungkan.
“Saya pernah (sewakan homestay secara) online mbak, tapi uangnya cairnya agak lama.” ujar adik Sopiah dengan logat Dieng yang kental.
“Kamarnya sering penuh. Ada tamu dari Belanda juga tapi ribet dan uang cairnya lama. Seminggu.” Tambahnya
“Jadi Saya sekarang berhenti online. Mending lewat guide. Gak papa dipotong” pungkasnya.
Berdasarkan penelusuran Phinemo, tamu yang dibawa guide untuk menginap di rumah warga uang sewanya memang dipotong Rp50.000, meski dipotong masyarakat setempat lebih pilih sewakan homestay lewat guide daripada lewat online yang terkesan ribet.