Menyoal kasus Iwan yang berhasil menemukan dan membersihkan puluhan botol berisi air kencing pendaki yang tercecer di jalur pendakian, harusnya para pendaki mulai belajar. Bagaimana managemen buang air di gunung supaya tidak mengotori atau mencemari lingkungan. Terlebih lagi pendaki juga harus paham, di mana sebaiknya mereka buang air. Sehingga tak ada lagi pendaki jorok yang buang air kecil di botol lalu ditinggalkan begitu saja. Itu hanya dilakukan oleh mereka yang tak berpendidikan.
Meski terlihat sepele, persoalan buang air nyatanya jadi masalah yang cukup pelik bagi pendaki. Merasa tahu segalanya, tapi masalah buang air saja sebetulnya mereka tak paham. Alhasil muncullah ulah-ulah konyol yang justru mengotori lingkungan. Membuat alam tak lagi indah dipandang, sebaliknya justru tampak menjijikkan.
Coba bayangkan, ketika asyik menikmati indahnya pemandangan alam tiba-tiba kita mengendus bau tak sedap. Ternyata ada setumpuk bekas kotoran manusia yang dibiarkan begitu saja tanpa dipendam tanah. Alam serasa jadi tak indah lagi bukan?
Untuk pendaki yang punya kebiasaan buang air di gunung, sebaiknya perhatikan hal ini sebelum kalian memutuskan untuk kencing atau BAB.
Mari saling menghormati, baik terhadap alam maupun pendaki lain. Jika ingin BAB atau kencing, maka cobalah cari tempat berupa semak-semak yang jauh dari sumber atau mata air. Ini supaya kotoran kita tidak mengontaminasi air yang jadi sumber penghidupan bagi makhluk di gunung tersebut. Yang bisa jadi air itu juga dijadikan sebagai sumber mata air bagi pendaki.
Kenapa juga harus memilih tempat buang air yang jauh dari jalur pendakian? Agar pendaki lain tak terganggu dengan bau pesing atau menyengat yang tak sedap. Kalian yang pernah merasakan bau menyengat selama di gunung pasti merasa kesal dan jijik bukan? Jadi mulai sekarang jangan buang air di gunung di sembarang tempat lagi.
Bagian dari kotoran kita memang bisa jadi pupuk alami bagi pepohonan. Jadi tak perlu buang air kecil menggunakan botol plastik lalu meninggalkannya di suatu tempat di gunung. Pun tidak perlu juga buang air besar dalam wadah plastik lalu membuangnya di semak-semak.
Jika terpaksa harus baung air di wadah atau botol plastik karena tak menemukan semak yang aman (jauh dari mata air dan jalur pendakian), jangan lupa untuk membawanya sementara waktu. Jika sudah ketemu dengan tempat yang bisa untuk membuang otoran tersebut, barulah buang kotoran tersebut dengan menyisakan botol plastiknya. Ingat, bawa turun semua sampah plastik kalian.
Agar baunya tak menyebar ke mana-mana dan mengganggu indera penciuman pendaki lain, alangkah baiknya untuk menimbun bekas kotoran dengan tanah. Baik itu kotoran bekas buang air kecil atau pun besar. Hal kecil semacam ini kalau dilakukan oleh semua pendaki pasti juga berefek besar pada keasrian dan keindahan alam gunung.
Sekali lagi, jangan tinggalkan sampah apapun di gunung kecuali sampah organik yang bisa terdegradasi secara alami. Setelah buang air di gunung, pastikan juga untuk membawa pulang tisu basah atau kering bekas yang digunakan untuk membersihkan sisa-sisa buang air.
Tentu saja semua hal yang berkebalikan dengan hal-hal di atas. Selain itu ada juga beberapa hal yang sebaiknya tak dilakukan oleh pendaki saat buang air di gunung.
Untuk pendaki yang merasa punya kekuatan super mungkin tak jadi masalah. Mungkin seperti kucing yang bisa melihat jelas saat kondisi gelap sekalipun tanpa alat bantu penerangan. Tapi jika tidak punya kekuatan super ini, pastikan untuk bawa senter atau penerang lainnya.
Ini juga akan sangat membantu kalian saat mencari tempat yang cocok untuk buang air di gunung.
Meski tak boleh buang air di sekitar jalur pendakian atau area dekat mata air, tapi bukan berarti pendaki boleh buang air di tepi jurang. Ini akan berbahaya bagi keselamatan pendaki, karena bisa jadi tergelincir dan jatuh ke jurang. Jadi, jangan coba-coba ya!
Alangkah indahnya jika semua pendaki mau peduli bahkan lewat hal-hal kecil saat buang air di gunung. Jangan sampai ditemukan lagi tumpukan botol plastik isi air kencing yang jelas-jelas bisa mengganggu keindahan dan keasrian alam.
“Jadilah pendaki yang tak hanya pintar menikmati, tapi juga menjaga. Salam Lestari!”