Trotoar Luas hingga Sewa Sepeda, Malioboro Yogyakarta Makin Ramah pada Turis

Siapa bilang Malioboro membosankan? Pusat belanja kebanggaan kota Yogyakarta ini terus berbenah agar semakin dicintai oleh para turis.

SHARE :

Ditulis Oleh: Astrid S

Tak afdol rasanya jika ke kota Yogyakarta jika belum bertandang ke Malioboro. Jalan yang terletak di Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan ini telah menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh turis. Dikenal sebagai surganya belanja dan seni, para pengunjung yang datang wara-wiri melintasi jalan yang namanya diduga berasal dari nama Gubernur Inggris, Marlborough.

Baca Juga: Jogjabike, Layanan Pinjam Sepeda Gratis di Malioboro

Direvitalisasi mulai dari 2012

Sejak tahun 2012, Malioboro terus direvitalisasi guna mempercantik diri bagi para turis yang datang. (Antara)

Guna meningkatkan kenyaman dan keamanan pengunjung yang datang, pemerintah kota Yogyakarta pun melakukan revitalisasi besar-besaran pada daerah ini. Wacana pembaharuan Malioboro ini secara resmi muncul dalam pidato Sri Sultan Hamengkubuwono X pada sidang paripurna DPRD DIY pada 21 September 2012. Dengan visi “Yogyakarta Menyongsong Peradaban Baru” untuk tahun 2012-2017, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY akhirnya menyusun rencana revitalisasi daerah Malioboro.

Hingga kini, revitalisasi Malioboro sudah mencapai tahap 3, yang berfokus pada perapihan trotoar untuk pejalan kaki. Jika Anda berkunjung ke Jalan Maliboro sekarang, Anda akan menemukan banyak perbedaan yang cukup signifikan di sini. Namun, ciri Malioboro sebagai pusat oleh-oleh dan seni bagi Yogyakarta tetap bertahan.

Makin ramah pejalan kaki

Sisi kanan dan kiri trotoar Jalan Malioboro makin lebar dan mempermudah pengunjung untuk beristirahat. (instagram/malioboro_insta)

Tak dipungkiri bahwa Jalan Malioboro tetap masih macet, khususnya pada saat akhir pekan atau tanggal merah. Maka dari itu, Phinemo sarankan untuk berjalan kaki saja demi menyusuri Malioboro yang dipenuhi oleh PKL pernak-pernik khas Yogyakarta. Trotoar Malioboro sekarang sudah semakin lebar di sisi kanan dan kirinya karena jalur lambat di sisi kanan sudah direnovasi menjadi trotoar. Jika Anda lelah, sudah banyak kursi kayu yang berjejer untuk Anda duduki sembari menghilangkan lelah.

Penempatan bola-bola aluminium juga bisa Anda jumpai di setiap pinggir trotoar guna mencegah kendaraan bermotor untuk naik ke atas trotoar. Walaupun bola-bola tersebut tak dihias seperti yang dilakukan Pemerintah Semarang di Kota Lama, bola-bola itu tetap meningkatkan nilai estetis Malioboro.

Agar Malioboro tetap hijau, pemerintah juga menanam tanaman Asem dan Gayam di sepanjang jalan. Dalam bahasa Jawa, Asem berasal dari kata ‘Semsem’ yang berarti ‘tertarik’. Sedangkan Gayam atau Ayom memiliki arti sebagai ‘teduh’. Pemilihan tanaman ini bukan tanpa sebab karena kedua tanaman ini memiliki nilai filosofis bagi Yogyakarta. Sehingga Asem dan Gayam dipilih untuk menjadi ‘pemanis’ Malioboro sekaligus guna melestarikan budaya Jawa.

Transportasi makin beragam

Jogjabike diresmikan pada Sabtu (27/10) guna menambah fasilitas dalam menikmati Malioboro. (Tribun Jogja)

Jika Anda lelah berjalan kaki, Anda bisa mencoba untuk naik becak atau andong. Walaupun Malioboro telah menjadi rumah bagi para pemilik andong dan becak, kini mereka memiliki shelter sendiri di sisi trotoar. Pada sisi yang menjorok ke trotoar di beberapa titik Jalan di Malioboro akan difokuskan bagi para pengendara andong atau becak yang ‘ngetem’ mencari penumpang.

Selain itu, kini sudah terdapat pula Jogjabike, yaitu aplikasi yang bisa Anda gunakan ketika Anda hendak meminjam sepeda gratis di daerah Malioboro. Hanya dengan tinggal unduh aplikasi Jogjabike, datang ke shelterpit, dan melakukan scan barcode, Anda sudah bisa berkeliling Malioboro dengan sepeda gratis. Jadi serasa bak di kota-kota Eropa, bukan?

Baca Juga: Malioboro Berbenah Lagi! Kali Ini Sediakan Shelter Andong dan Becak

Setiap perubahan yang dilakukan di Malioboro diharapkan dapat semakin meningkatkan kenyamanan para pengunjungnya. Namun, kita pun harus turut menjaga fasilitas yang telah disediakan agar tidak merugikan orang lain karena fasilitas Malioboro bukan hanya milik masyarakat setempat, namun para turis yang datang.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU