Kisah Mata Hari, Sosok Penari Telanjang yang Pernah Warnai Peradaban Semarang

Semasa itu Mata Hari sang Penari Telanjang ini sering sekali menari di gedung pertunjukan Marabunta Semarang. Sosoknya yang melegenda membuatnya menjadi model dalam lukisan kaca putri di salah satu jendela bangunan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Sosok Margaretha Geertruida Zelle mungkin sedikit asing ditelinga orang awam, namun sosok inilah yang konon mampu memberikan warna peradaban Kota Semarang yang dulu menjadi salah satu pusatnya para Kolonial. Ia adalah sosok penari telanjang yang pernah menjadi sorotan dunia.

Wanita kelahiran Belanda yang akrab dipanggil Grietje ini mengawali kisahnya menjadi seorang penari telanjang ketika ia ditelantarkan oleh sang suami, Rodolph Macleod. Suaminya adalah seorang perwira militer Belanda yang ditugaskan di Indonesia. Mereka menikah saat Grietje masih sangat muda, 19 tahun.

Mata hari, sang penari telanjang yang mendunia. (Foto/thedailybeast.com)

Grietje memilih menikah dengan pria berseragam karena profesi ayahnya yang sempat terpilih menjadi salah satu pengawal kehormatan saat raja Willem III. Ketika itu ayahnya meminta pelukis A Martin membuat portret dirinya dalam kostum kebesaran itu. Agaknya lukisan ini berperan besar dalam hidup Grietje, dalam perjalanan hidupnya ia lebih memilih lelaki beruniform dibanding yang lain,” tulis Pat Shipman dalam bukunya “Love, Lies, and the Unknown Life of Mata Hari – Femme Fatale”

Awal hidup di Indonesia, pasangan ini tinggal di Ambarawa, Jawa Tengah. Kemudian mereka berpindah-pindah sesuai tugas suaminya. Mereka pernah tinggal di Tumpang Jawa Timur dan Medan Sumatera Utara. Sesuai dengan posisi suaminya sebagai komandan, Grietje dan keluarganya sangat berkecukupan dan modis. Bahkan Grietje fasih berbahasa Jerman, Prancis, Inggris, dan Melayu. Ia juga mampu bermain piano, berdansa dan menari.

Baca juga: Nekat Telanjang, 3 Turis Diusir dari Machu Picchu

Namun semenjak anak mereka Norman dan Non meninggal diracun oleh entah siapa, rumah tangga mereka hancur. Mereka bercerai dan Grietje memutuskan untuk menjadi model lukisan telanjang di Prancis. Meski telanjang, ia tak pernah memperlihatkan buah dadanya saat dilukis sebab ia pernah menjadi korban suaminya yang pencemburu, putingnya digigit suami agar tidak menarik lagi bagi orang lain.

Seiring waktu ia menyibukkan diri membaca kisah Hindu.

Menjadi penari Serimpi di Indonesia

Gaya menari Mata Hari menggabungkan tarian Jawa dan India. Foto/id.wikipedia.org)

Persinggungannya dengan Indonesia sebagai penari telanjang dilakukan ketika ia menari Serimpi di pelataran Candi Jago, Jawa Timur. Meskipun sudah kenyang dengan kisah Hindu, namun ia tak tahu tentang Tari Serimpi. Namun ia nekat menarikannya.

Ia sangat mahir menari, kemudian untuk membuatnya makin menarik ia memodifikasi kostum yang setengah telanjang khas India. Ia sukses menggabungkan tari Serimpi dan India menjadi tontonan yang menarik dunia. Namanya pun seiring waktu berubah, ia lebih dikenal dengan nama Mata Hari.

Kemampuannya memodifikasi itulah yang kemungkinan menjadi patron dengan melepas pakaiannya satu per satu. Apalagi Serimpi adalah tarian sakral yang dibawakan empat putri keraton, tentunya kehalusan Serimpi ditambah kemampuannya memadukan dengan tarian India yang mengeksplorasi perut,” kata budayawan, Djawahir Muhammad.

Semasa itu ia sering sekali menari di gedung pertunjukan Marabunta Semarang. Sosoknya yang melegenda membuatnya menjadi model dalam lukisan kaca putri di salah satu jendela bangunan ini.

Waktu berlalu, ia makin dikenal oleh dunia. Namun keahliannya sebagai penari erotis yang dipelajari di Jawa dan India harus kandas ketika ia akhirnya tertangkap oleh Prancis karena dianggap sebagai mata-mata.

Agen Rahasia Prancis menangkap Mata Hari karena diyakini dia adalah “The Greatest Woman Spy” yang mesti bertanggung jawab atas kematian beribu-ribu tentara akibat informasi yang diberikannya. Mata Hari diadili di pengadilan perang dan dieksekusi di hadapan regu tembak di Prancis, pada 15 Oktober 1917. Kematiannya digambarkan dramatis.

Baca juga: 12 Tahun di Indonesia, Bule Prancis Ini Menggali Sumur Demi Air Bersih Bagi Warga Sumba

Kisah hidup Mata Hari yang penuh liku ini, difilmkan dalam berbagai versi. Baik dalam bentuk film maupun buku, seperti: Dari Mata Hari (1931), yang dibintangi oleh Greta Garbo yang kini telah meninggal, “Mata Hari, Agent H21 (1964)” versi Prancis oleh Jeanne Moreau, serta film Mata Hari versi ketiga (1985), termasuk film Indonesia berjudul Sang Penari (2007) yang dibintangi oleh Tamara Bleszynski yang diangkat dari novel dengan kisah yang sama karya Dukut Imam Widodo.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU