Kisah Inspiratif Pak Dodent Sang Penyelamat Terumbu Karang dari Sabang

Pesan cinta dari terumbu karang Sabang, cerita perjuangan Pak Dodent yang tak pernah menyerah untuk usahanya dalam konservasi terumbu karang di Sabang.

SHARE :

Ditulis Oleh: Rizqi Y

Tuhan menciptakan Indonesia saat berbahagia

Indonesia diciptakan begitu indah, mulai dari ketinggian hingga dasar laut sekalipun. Tapi beberapa hari lalu, berita duka menghampiri dunia wisata Indonesia khususnya pada wisata bahari. Kapal Caledonian Sky asal Inggris gagal merapat dan seketika menabrak karang Pulau Kri Raja Ampat. Kerusakan yang terjadi sepanjang 200 meter amat parah, bahkan jika dibentuk luasan maka kawasan yang rusak adalah sekitar 1 hektar.

Tak terbayangkan betapa tragedi ini menjadikan duka tersendiri bagi para pencinta bahari dan penggiat konservasi karang. Bagaimana tidak, untuk menumbuhkan 1cm karang butuh waktu setidaknya 1 tahun, maka butuh 30 tahun untuk bisa mengembalikan Pulau Kri seperti semula.

Tragedi ini akhirnya membawa saya kepada seorang sosok dengan kisah inspiratif yang tak banyak orang tahu. Dia adalah Pak Mahyidin, namun lebih kerap disapa Pak Dodent sang penyelamat karang di Sabang.

Siang ini saya berkesempatan berbincang dengan salah seorang putra dari Pak Dodent, yaitu Iskandar yang saat ini meneruskan perjuangan Pak Dodent. Ya, Pak Dodent memang sudah meninggal beberapa tahun lalu, namun perjuangannya tak boleh terputus. Terumbu karang harus tetap hidup, dan keindahan Indonesia harus tetap dijaga.

Cinta Sabang

Cantiknya matahari sore di Pulau weh Sabang. Sumber foto

Sejak kecil Pak Dodent hidup berpindah-pindah karena memang sudah tidak memiliki orang tua. Dia pun bertemu beberapa orang baik yang mau mengangkatnya sebagai anak. Suatu ketika ia sampai di Kampung Iboih Aceh Tinggi. Di sini ia kerap melihat banyak kapal layar yang berlabuh di Pulau Rubiah, tak jauh dari Kampung Iboih.

Ia pun kerap mendatangi kapal-kapal layar ini dan bekerja membantu awak kapal untuk membantu mereka mencari air, membersihkan kapal, dsbnya. Suatu ketika ia bertemu dengan seorang kapten kapal layar dari Turki. Sang Kapten sempat berkata bahwa Pulau Rubiah ini merupakan pulau emas yang menyimpan kekayaan luar biasa.

Kala itu Pak Dodent belum paham apa maksud perkataan sang kapten. Hingga saat ia ikut berlayar ke berbagai negara sampai ke Maldives, dia mulai sadar bahwa kampung halamannya punya potensi wisata yang luar biasa. Mengaca pada Aceh yang merupakan daerah mayoritas muslim dan punya kawasan pantai yang indah, hampir sama seperti Maldives. Bedanya, Aceh kala itu masih menganggap wisata sebagai sesuatu yang tabu.

Sejak saat itu ia pun sadar bahwa Sabang harus berkembang. Sebuah pertanyaan “apa yang sudah Kamu berikan untuk Sabang?” juga membuatnya bangkit meperjuangkannya.

Sabang membuatnya jatuh hati pada terumbu karang

Keindahan karang di Pulau Weh Sabang. Sumber foto

Kembali ke Sabang tepatnya pulau Weh, tidak serta merta membuat langkahnya mudah. Ia menyadari bahwa masyarakat Aceh kala itu belum terbuka dengan segala usahanya untuk memperkenalkan wisata bahari. Belum lagi keadaan terumbu karang yang mulai rusak akibat potasium, bom, dan juga jangkar kapal.

Padahal dari terumbu karang inilah potensi wisata bisa dikembangkan sebagai mata pencaharian warga sekitar. Maka dari sinilah ia pun mulai melakukan konservasi terumbu karang. Dulu Pak Dodent ini sempat diajari bagaimana cara menumbuhkan terumbu karang oleh seorang ibu angkatnya di Pulau Rubiah. Berbekal ilmu inilah ia memulai konservasi terumbu karang.

Berjuang melalui yayasan tanpa pamrih apapun

Markas yayasan Aceh Coral Connservation dan Coral Oasis. Sumber foto

Saat usahanya untuk memperkenalkan wisata bahari dan konservasi terumbu karang di Sabang belum bersambut gayung oleh masyarakat sekitar, justru wisatawan mancanegara lebih mengapresiasinya kala itu. Didukung oleh seorang ahli konservasi yang sedang berkunjung ke Pulau Weh , ia pun mendirikan yayasan pelatihan kelautan.

Yayasan ini bertajuk Aceh Coral Conservation dan Coral Oasis dan saat itu dipimpin langsung oleh Pak Dodent. Setelah dia meninggal, perjuangan konservasi dan juga yayasan ini diserahkan kepada putra keduanya, yaitu Iskandar.

Menurut penuturan Iskandar, kedua yayasan ini sebenarnya satu tubuh dan satu atap. Awalnya hanya ada yayasan Aceh Coral Conservation yang bekerja sama dengan NGO (Non Goverment Conservation) dan sifatnya lembaga swadaya. Namun ketika ada sebuah organisasi dari Swiss yang membawa misi pemberdayaan sumber daya manusia  lokal dan transplantasi karang, mereka ingin ada nama yayasan lain yang sifatnya non swadaya. Alasan inilah mengapa Coral Oasis kemudian lahir, tapi secara teknis dua yayasan ini punya misi dan visi yang sama.

Usaha konservasi yang dirintis Pak Dodent tak pernah terhenti meski ia sudah tiada. Iskandar dan beberapa anggota yayasan lain terus berusaha menyebarkan semangat konservasi dengan cara menggaet lebih banyak pihak untuk turut andil. Saat ini sudah ada beberapa pihak yang sudah ambil bagian dalam kegiatan konservasi terumbu karang, diantaranya Project Aware, Wetlands International, Seacology, Pemko Sabang, Telkomsel Indonesia, Fasharkan TNI AL, Kementrian Pariwisata, dan masih banyak lagi lainnya.

Tahun 2010 lalu, Pak Dodent dianugerahi sebuah penghargaan Kalpataru oleh Mantan Presiden Susilo Bambang Yudoyhono. Penghargaan yang diberikan adalah untuk kategori Bidang Perintis Lingkungan.

Terumbu karang dulu dan kini, menyampaikan sebuah pesan mendalam bagi para pemuda

Keindahan bawah laut Pulau Weh, Sabang. Sumber foto

Kondisi terumbu karang khususnya di Sabang yang rusak parah akibat ulah manusia juga diperparah dengan adanya terjangan tsunami di Aceh beberapa tahun lalu. Melalui usaha gigih Pak Dodent dan juga pihak-pihak di sekitarnya, ia berhasil menumbuhkankembali terumbu karang yang sudah hancur.

Iskandar menyatakan bahwa kondisi karang di Sabang saat ini sangat bagus. Jauh berbeda dari dulu setelah diterjang tsunami. Kabar baiknya lagi, masyarakat sudah mulai peduli danmau menerima segala upaya konservasi ini. Kegiatan wisata bahari pun sudah berjalan dengan baik, bahkan sudah punya pasar internasional sendiri.

Meski tak tahu pasti bagaimana kondisi karang Sabang jika dibandingkan dengan kondisi karang di negara lain, Iskandar hanya mengingat sebuah pesan dari Pak Dodent,

Bahwa jangan pernah melihat kepada sesuatu yang besar, lihatlah sesuatu hal yang kita punya meski kecil. Buatlah yang kecil ini menjadi besar, agar bisa memberikan manfaat ke sesama.

Menurut saya sendiri, bolehlah kita membandingkan keindahan Indonesia dengan negara lain, tapi jangan meratapinya ketika memang yang kita punya tak lebih baik. Tak perlu juga menyombongkan diri jika memang lebih baik. teruslah buat keindahan yang ada di Indonesia ini menjadi lebih baik lagi, dengan langkah konservasi, inovasi, dan promosi yang lebih apik.

Memaknai perjuangan Pak Dodent yang semangatnya tak pernah padam

Inilah sosok Pak Dodent sang penyelamat karang dari Sabang. Sumber foto

Saya mungkin lupa bercerita, bahwa dulu sosok ini sempat menyusuri setiap jengkal kedalaman di Sabang dan menemukan spot-spot diving yang keren. Namun yang ia lakukan bukan lantas menjual untuk dirinya sendiri. Ia pun tidak latah dengan melakukan tindakan perusakan pada terumbu karang dan biota laut lainnya.

Justru sebaliknya, ia rawat terumbu karang dan biota laut yang ada agar menjadi lebih indah. Dengan begitu ia bisa menjadikannya destinasi wisata bahari agar bisa dinikmati banyak orang dari dalam dan luar negeri, juga bisa memberi manfaat bagi orang di sekitarnya.

Berbeda jauh dengan para generasi saat ini, yang justru lebih suka merusak dan menghancurkan apa yang sudah ada. Masih teringat jelas betapa kejam seorang wisatawan melakukan aksi vandalisme di kawasan selam Raja Ampat. Maka pesan Iskandar,

Ayah saya susah payah merintis konservasi ini, saat ini saya yang meneruskan, dan selanjutnya adalah tugas generasi muda. Maka inilah tanggung jawab berat, karena mencari generasi muda yang benar-benar peduli sangat-sangat sulit sekali.

***

Hai para generasi muda, bangun dan bangktilah. Buat Indonesia lebih baik lewat wisata bahari. Mengapa? sebab 85% Indonesia adalah perairan, maka di sinilah Kamu bisa berjaya di mata dunia.

 

Baca juga kisah lain yang bisa menginspirasimu di sini:

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU