Minggu lalu, sempat viral sebuah video di media sosial Instagram yang memperlihatkan seorang pendaki sedang memetik bunga edelweis di jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho, Karanganyar. Tindakan tersebut direkam oleh seorang pria yang sudah memperingatkan agar tak memetik bunga abadi itu, namun pendaki wanita justru tampak acuh dan hirau.
Bunga edelweis atau disebut juga bunga abadi merupakan tumbuhan yang istimewa karena dapat mekar hingga 10 tahun lamanya, bahkan lebih. Hal ini karena bunga edelweis mengandung hormon gas etilen yang dapat mencegah kerontokan pada kelopak bunga. Keunikannya inilah yang lalu membuat bunga ini banyak diburu untuk dijadikan kenang-kenangan.
Spesies bunga edelweis yang ada di Indonesia adalah edelweis Jawa dengan nama ilmiah Anaphalis javanica. Spesies ini tumbuh tak lebih 1 meter, tapi dalam kondisi tertentu dapat mencapai ketinggian hingga 8 meter dengan batang sebesar kaki manusia. Bunga edelweis mampu hidup di atas tanah yang tandus dan menjadi tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda.
Larangan tentang memetik bunga edelweis di Indonesia diatur oleh hukum UU Nomor Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati Ekosistem, Pasal 33 ayat 1 yang berbunyi “Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional“. Pelanggar dapat diancam pidana penjara 10 tahun dan denda Rp 200 juta seperti yang tercantum dalam UU Nomor 5 Pasal 40 ayat 2.
Selain itu larangan memetik bunga edelweis juga tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Republik Indonesia yaitu Nomor P.29/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Dalam peraturan ini, bunga edelweis telah dikategorikan sebagai salah satu tumbuhan langka dan dilindungi oleh negara Indonesia.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bunga edelweis tumbuh di wilayah pegunungan tinggi karena suatu alasan khusus. Dalam ekosistem gunung, bunga edelweis berperan sebagai tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di pegunungan. Perannya sangat penting karena ia penghancur batu-batuan menjadi tanah sehingga dapat digunakan sebagai tempat tumbuh untuk tumbuhan lain. Bunga edelweis adalah tumbuhan pelopor.
Bunga Edelweis mekar bulan Juli sampai September, tumbuh di tanah bebatuan kapur yang terbuka, kadang juga ditemukan di padang rumput. Setiap organ dalam bunga ini tahan terhadap cuaca ekstrem, mulai dari batang bawah tanah yang tahan angin dan daun yang dapat mencegah evapotranspirasi hingga struktur mikro pelindung UV dari bracts (putih beludru) berbulu.
Sejak tahun 1999, bunga edelweis telah banyak dibudidayakan di Eropa. tumbuhan ini juga sering dimanfaatkan sebagai kosmetik anti penuaan dan tabir surya. Karena keistimewaannya inilah banyak para pendaki nakal yang memetik bung ini semena-mena dan menjadikannya buah tangan. Ini membuat keberadaan bunga edelweis yang langka kian terancam punah.
Beberapa gunung di Indonesia yang terkenal dengan keberadaan bunga edelweis yaitu Gunung Gede, Gunung Rinjani, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, Gunung Semeru, Gunung Parangrango, dan Gunung Papandayan. Ada spesies lain bunga edelweis di Indonesia, yaitu Leomtopodium alpinum asli dari Pegunungan Alpen di Eropa yang berada di Gunung Semeru.