R80, Pesawat buatan Habibie mulai dirakit tahun 2019 dan direncanakan akan siap mengudara di langit Indonesia tahun 2025. Diketahui, pesawat ini diciptakan untuk menjangkau wilayah kepulauan dan telah terjual 115 unit.
Dilansir dari Merdeka, Pesawat R80 sudah dipesan oleh Nam Air sebanyak 100 unit, Kalstar 25 unit, Trigana Air 20 unit dan Aviastar 10 unit.
Pesawat buatan PT Regio Aviasi Industri (RAI) ini dirancang dengan teknologi terbaru dan super canggih dengan tingkat keamanan yang tinggi. Berikut ini kecanggihan-kecanggihannya:
Pesawat buatan Habibie ini sering disebut dengan pesawat bermesin baling-baling atau mesin turboprop.
Menurut Komisaris PT RAI, Ilham Habibie mesin ini jauh lebih irit 20 persen ketimbang pesawat bermesin jet. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan mengapa pesawat buatan Habibie ini laris manis.
“Kalau menurut saya minimal 20 persen irit, itu cukup berarti. Karena laba perusahaan sangat sedikit, kompetisi ketat, sehingga mereka harus bisa berhemat,” tutur Ilham dilansir dari Merdeka.
Pesawat R80 memiliki teknologi fly by wire yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah. Jadi, sistem kendalinya menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah. Bukan hanya itu saja, pesawat ini juga mampu meminimalisir suara kebisingan akibat baling-baling di sayap pesawat.
Selain itu, pesawat juga dilengkapi dengan sistem penyesuaian udara sehingga tekanan udara di kabin pesawat tetap stabil meskipun pesawat sedang terbang di ketinggian.
Fitur ini tidak bisa ditemukan di pesawat jarak dekat berbadan kecil yang banyak beredar dan diperjualbelikan di dunia.
Ilham juga mengatakan bahwa pesawat R80 didesain untuk penerbangan sipil dengan teknologi kebutuhan pasar 5-10 tahun ke depan dengan muatan penumpang yang cukup banyak.
“Untuk kebutuhan pasar hingga 10 tahun ke depan itu, pesawat ini mampu di upgrade hingga bisa menampung 100 penumpang. Awalnya kita memang buat untuk 80 penumpang dulu,” ujarnya.
Selain mampu mengangkut banyak penumpang, pesawat R80 ini juga mampu lepas landas dan mendarat di landasan pacu yang pendek. Bahkan bisa mengakses bandara kecil yang biasanya ada di wilayah kepulauan terpencil.
“Selain itu terbang landas di landasan pendek, ada keunggulan di kota kecil menengah. Ini untuk rute yang tidak terlalu jauh,” ujar Ilham.