Mengenal Kassian Cephas, Fotografer Profesional Pertama di Indonesia

Kassian Cephas fotografer Indonesia pertama yang bekerja secara profesional untuk Keraton Yogyakarta. Ia memiliki pengaruh kuat dalam perkembangan dunia fotografi negeri ini.

SHARE :

Ditulis Oleh: Rizqi Y

-Kassian Cephas, fotografer Indonesia pertama ini dulunya bekerja sebagai juru foto profesional di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat-

Dunia fotografi mungkin bisa dikatakan berkembang dari buah pemikiran Louis Jacques Monde Da Guerre dan Edwin Land yang didaulat sebagai penemu kamera. Lebih spesifiknya, Edwin Land merupakan penemu kamera polaroid.

Dari sana munculah berbagai inovasi baru dalam hal perangkat kamera, yang berujung pada perkembangan ilmu fotografi. Sebagai travel fotografer pertama di dunia, kita mengenal sosok Pierre-Gustave-Gaspard Joly de Lotbinière yang kemudian akrab disapa Joly.

Baca kisah selengkapnya : Mengenal Lebih Dekat Joly, Travel Photographer Pertama di Dunia

Di Indonesia, sosok Kassian Cephas dikenal sebagai fotografer Indonesia pertama yang membawa pengaruh besar dalam dunia fotografi dalam negeri. Kassian Cephas, fotografer Indonesia pertama ini bahkan dulunya sempat bekerja sebagai juru foto profesional untuk Sultan Yogyakarta.

Perjalanan awal Kassian Cephas, fotografer Indonesia pertama

Kassian Cephas, mulai memotret sejak tahun 1860-an. Sumber foto

Kassian adalah putra dari pasangan Kartodrono dan Minah yang lahir 15 Januari 1845 di Yogyakarta. Saat muda, Kassian mengikuti jejak misionaris Protestan Christina Petronella Philips-Steven menuju Bagelen, Purworejo. Nama Cephas kemudian melekat setelah ia dibaptis pada 27 Desember 1860, pada usia 15 tahun, di Gereja Purworejo, Bagelen.

Awal tahun 1860-an, Kassian Cephas memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta. Di Jogja, Kassian Cephas mulai mengikuti Simon Willem Camerik, anggota Schutterij dan fotografer Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Saat itu posisinya adalah murid magang yang berada di bawah bimbingan Sultan Hamengkubuwana VI. Tahun 1871, Kassian Cephas ditunjuk sebagai pelukis dan fotografer Keraton Yogyakarta.

Kessian Cephas juga sempat membuat studio foto yang bertempat di lantai dua rumahnya. Ia dan istrinya tinggal di Lodji Ketjil Wetan, yang saat ini dikenal sebagai Jalan Mayor Suryotomo. Studio ini digadang-gadang tempat pengambilan gambar banyak potret orang dan keluarga. Namun demikian tak dapat dipastikan apakah potret keluarga keraton juga banyak dilakukan di studio ini.

Sosok berpengaruh dalam karya fotografi Kassian Cephas

Groneman sosok berpengaruh bagi Kassian Cephas. Sumber foto

Selain Simon Willem Camerik, orang yang paling berjasa dalam karir fotografi Kassian Cephas adalah Isaäc Groneman, seorang dokter resmi Sultan Hamengkubowono VI.

Sekitar tahun 1870-an hingga 1880-an, Groneman mulai tertarik pada bidang sejarah dan budaya Jawa. Tahun 1885, Groneman menjadi pendiri sekaligus anggota Vereeniging voor Oudheid, Land, Taal en Volkenkunde te Jogjakarta, atau Perkumpulan Arkeologi, Geografi, Bahasa, dan Etnografi Yogyakarta.

Saat itu Groneman mengajak Kassian Cephas untuk bergabung menjadi anggota, sehingga dalam banyak penelitian yang dilakukan perkumpulan ini Kassian Cephas-lah yang memotret. Kassian Cephas juga banyak memotret penelitian yang dilakukan secara pribadi oleh Groneman.

Baca juga : Mengenal Don Hasman, Fotografer Indonesia Pertama di Pegunungan Himalaya

‘Barabudur’, karya Kassian Cephas tahun 1872. Sumber foto

Kassian Cephas diketahui banyak menghasilkan karya saat masa kepemimpinan Sultan Hamengkubuwana VII. Foto pertama yang dikatakan sebagai karya Kassian Cephas adalah foto berjudul ‘Barabudur’ yang diambil tahun 1872.

Karir profesional Kassian Cephas yang banyak mengangkat seni dan budaya Jawa

Foto candi hasil karya Kassian Cephas fotografer Indonesia pertama. Sumber foto

Karya profesional Kassian Cephas dipublikasikan dalam tulisan berjudul In den Kedaton te Jogjåkartå yang ditulis oleh Isaäc Groneman. Di dalam tulisan ini terdapat 16 karya Kassian Cephas yang dicetak.

Tahun 1886, Kassian Cephas membeli kamera baru yang memiliki teknologi memotret 1/400 kali dalam satu detik. Sehingga objek yang difoto tak perlu berdiam diri terlalu lama. Kassian Cephas kerap mengambil foto orang-orang lalu dipamerkan sebagai tanda perpisahan kepada kalangan bangsawan Eropa ketika meninggalkan Yogyakarta.

Foto Candi Prambanan karya Kassian Cephas. Sumber foto

Tahun 1889, Kassian Cephas ditunjuk sebagai fotografer pemotret situs bersejarah. Kala itu Archaeologische Vereeniging mulai berusaha mempelajari dan melestarikan monumen dan bangunan bersejarah pada masa Hindu-Buddha.

Candi Prambanan dipilih sebagai salah satu situs yang diutamakan untuk dipotret. Kassian Cephas membuat setidaknya 62 karya cetak collotype Candi Prambanan dan sekitarnya.

Kassian Cephas juga pernah dipercaya memotret komplek Candi Borobudur. Dia memotret relief Karmawibhangga, setelah relief itu ditemukan tahun 1885.

Kassian Cephas kala itu hanya menerima sepertiga jatah subsidi pemerintah, sehingga proyek ini hanya selesai sepertiganya saja. Dari 300 foto relief yang diminta, Kassian Cephas sempat memotret 160 panel relief ditambah empat foto yang dibuat untuk menjelaskan gambaran umum situs tersebut.

Kassian Cephas (duduk ketiga dari kanan) di Parangtritis, bersama Asisten Residen Tj. Halberstma di sisi kirinya. Foto ini diambil tahun 1897. Sumber foto

Karena pada masa itu tarif tukang potret masih sangat mahal, hidup Kassian Cephas dan keluarganya tergolong makmur. Karena kemakmuran-nya ini, ia mengajukan diri untuk diproses Gelijkgesteld supaya status hukum dirinya sekeluarga disamakan dengan orang-orang Eropa. Status hukum ini menjadi impian Kassian Cephas karena ia ingin kedua anaknya bisa masuk sekolah berkualitas di era itu.

Kassian Cephas meninggal pada 16 November 1912 di Yogyakarta. Karya-karya fotografi sekarang banyak digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU