Kain Tenun Endek dari Bali Jadi Koleksi Terbaru Dior, Bangga!

Bangga! Dalam pagelaran Paris Fashion Week dibuka oleh rumah mode internasional Dior menggunakan kain tenun endek dari Bali dalam koleksi terbarunya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Kabar membanggakan untuk Indonesia, dalam pagelaran Paris Fashion Week pada Selasa (29/9) lalu dibuka oleh rumah mode internasional Christian Dior menggunakan kain tenun tradisional endek dari Bali dalam koleksi terbarunya. Dior kali ini memperkenalkan koleksi musim dingin dengan rangkaian motif paisley, garis warna celup, serta aplikasi bunga.

Dilansir dari Republika.co.id (15/10), Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Bali Putri Suastini Koster mengatakan terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Dior jika ingin menggunakan kain tenun endek dalam koleksi busananya. Syarat-syarat tersebut ditujukan untuk melindungi dan melestarikan kain endek agar tetap terjaga keasliannya.

Syarat pertama, Dior wajib menggunakan kain tenun endek yang dibuat langsung oleh para pengrajin lokal di Pulau Dewata. Selanjutnya, Dior juga harus bisa memahami bahwa kain tenun endek tidak bisa diproduksi massal dengan motif dan warna seragam. Teknik pewarnaan kain endek dipengaruhi sinar, jadi celupan pertama dan berikutnya pasti berbeda.

Kain tenun endek Bali dalam koleksi terbaru Christian Dior (lifestyle.kompas.com).

Syarat ini diajukan agar pengalaman terhadap tenun rangrang dari Pulau Nusa Penida tidak terulang kembali hanya karena dibutakan rasa bangga yang terlalu berlebihan. Sebelumnya, kain tenun rangrang juga sempat dipakai oleh salah satu rumah mode internasional dan berhasil booming, Lalu, akhirnya kain tenun rangrang ditiru dan diproduksi secara massal.

Banyak rumah produksi di luar negeri yang turut membuat motif kain tenun rangrang hingga pada titik tertentu kehilangan pasar. Dampaknya besar, kain tenun rangrang asli yang diproduksi di Nusa Penida pun turut sepi dan tidak lagi diminati. Masyarakat adat Bali sangat tidak rela kain tenun endek bernasib sama dengan kain tenun rangrang dari Nusa Penida.

Kain tenun rangrang dari Nusa Penida yang mendunia yang sekarang tidak diminati dan kehilangan pangsa pasar (thenusapenida.com).

Warisan Berharga dari Leluhur Bali

Endek adalah kain tenun tradisional khas dari Bali. Kata ‘Endek’ berasal dari kata ‘Gendekan’ atau ‘Ngendek’ yang berarti diam atau tetap, tidak berubah warna. Kain tenun endek bisa ditemui di sejumlah kabupaten di Bali, mulai dari Kabupaten Karangasem, Gianyar, Klungkung, Buleleng, Negara, hingga Denpasar. Setiap daerah memiliki motifnya tersendiri.

Kain tenun endek pertama kali berkembang pada tahun 1985 saat masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Endek digunakan sebagai pakaian adat Bali. Beberapa motif dianggap sakral, serta hanya digunakan untuk para bangsawan dan raja. Selain itu, juga sering dipakai untuk menghias tempat-tempat upacara di pura.

Seorang ibu sedang menenun kain endek khas Bali (tenunbali.com).

Proses produksi kain endek menggunakan alat tenun tradisional, dengan memintal benang satu per satu hingga menjadi satu lembar kain. Keahlian menenun kain endek diwariskan secara turun-temurun dalam lingkungan keluarga. teman pergaulan, dan masyarakat. Kaum ibu akan menenun bersama setelah menyelesaikan pekerjaan rumah saat para suami bekerja.

Kain tenun endek mempunyai banyak bentuk, mulai dari sarung, lembaran atau kain panjang, dan selendang. Tak seperti sarung di Tengger, sarung Endek digunakan oleh laki-laki, sedangkan yang berupa kain panjang dan selendang digunakan oleh perempuan. Kain tenun endek untuk perempuan mempunyai motif ragam hias ikat di pinggirnya, bagian tengahnya polos.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU