Beberapa waktu lalu sebuah akun instagram pendakian @mountainesia mengunggah sebuah foto yang membandingkan kondisi danau Ranu Kumbolo pada tahun 2013 dengan Ranu Kumbolo tahun 2017. Foto yang menggambarkan Danau Ranu Kumbolo banjir tersebut pun langsung mendapat banyak komentar dari netizen, terutama para pendaki.
Beberapa pendaki pun membagikan pengalaman mereka mengenai keadaan Danau Ranu Kumbolo.
“2013 dulu pas mau ke rakum lewat pinggir danau. 2017 harus naik ke bukit dulu buat ke rakum dan banyak sampahnya,” tulis akun bernama @yerikhoakim.
Akun lain bernama @tofigo_otrit membagikan pengalaman yang berbeda yang dialaminya pada tahun 2016 lalu. Ia menulis, “2016 saya kesitu air nya surut MIN.. jadi buat spot foto dan dirikan tenda luas banget.”
Ada juga netizen yang mengomentari kondisi ini dengan positif. “Apapun yg ter jadi kita harus tetap menjaga kelestarian kebersihan dan kenyamanan lingkungan Ranukumbolo,” tulis akun bernama @kikimahameru.
Jika melihat sekilas dari unggahan foto tersebut mungkin memang terlihat bahwa kondisi Ranu Kumbolo banjir. Air meluap hingga mendekati shelter dan hanya menyisakan sedikit area untuk camping para pendaki.
Faktanya, kejadian Danau Ranu Kumbolo banjir juga pernah terjadi pada tahun 2011 tepatnya pada bulan April. Kala itu air dari Ranu Kumbolo sempat meluap dan menggenangi jalur pendakian. Hal ini ternyata disebabkan oleh curah hujan tinggi yang mengguyur kawasan Gunung Semeru. Sehingga debit air Ranu Kumbolo pun ikut meningkat dan menyebabkan banjir.
Meski demikian diketahui bahwa air mulai surut ketika curah hujan mulai menurun. Kenyataanya, pada tahun 2011 dan setelahnya kondisi Danau Ranu Kumbolo kembali normal.
Melihat kejadian yang pernah terjadi di Danau Ranu Kumbolo, kemungkinan besar yang terjadi tahun 2017 lalu juga hampir sama. Air yang meluap hingga mendekati shelter bsia jadi karena pengaruh curah hujan yang tinggi.
Ada sebuah prasati yang disebut dengan Prasasti Ranu Kumbolo, dalam prasati yang diperkirakan dibuat pada tahun 1182 M tersebut menceritakan perjalanan menuju puncak semeru pada masa terebut. Pada jaman dahulu, ketinggian selalu dianggap dekat dengan dewa atau kekuatan spiritual. Mendaki gunung semeru pada masa itu dianggap sebagai perjalanan suci antara manusia dan dewa.
Prasasti tersebut tentu menjadi salah satu media informasi lintas abad yang mengungkap bahwa sebenarnya nenek moyang kita pada masa itu sudah memiliki kegiatan untuk mendaki gunung.
Para penjajah memiliki jiwa petualangan untuk mengujungi derah baru, untuk kemudian menjajahnya. Jaman penjajahan belanda dahulu juga bisa kamu ketahui juga ternyata kompeni-kompeni pada masa penjajahan ada yang gemar naik gunung juga.
Ranu kumbolo tentu saja masih terlihat hitam putih, karena belum ada film bewarna saa itu. Tapi masih bisa kita lihat bahwa pohon pinus yang ada pada saat itu masih nampak rimbun.
Dengan kondisi hutan pinus yang masih rimbun pada bagian atasnya, bisa kita tebak bahwa kualitas air dan debit di ranu kumbolo akan tetap stabil walaupun masih berada di musim kemarau.
Pada masa kemudahan memotret menggunakan kamera pocket yang masih beramunisikan film analog, foto-foto di tepian Ranu Kumbolo masih mampu memberikan gambaran betapa jernihnya air dan tenangnya suasana kala itu. Masa-masa tersebut merupakan masa transisi dari penggunaan kamera dengan film analog dan kamera digital.
Masih juga bisa dilihat shelter yang ada di sebelah ranu kumbolo, masih cukup untuk digunakan pendaki yang ada pada hari itu. Jumlah pendaki jaman dahulu yang tidaklah terlalu banyak memang memberikan situasi yang lebih tenang dan syahdu dalam pendakian.
Bila kamu memiliki aplikasi google earth versi 5 atau yang lebih baru, kamu bisa menggunakan fitur timeline yang memungkinkan untuk bisa melihat kondisi suatu daerah berdasarkan citra satelit yang pernah direkam.
Bila kita lihat daerah Ranu Kumbolo di google earth, maksimal paling lama adalah citra pada tahun 2004, lebih tua dari itu tidak ditemukan data akan lokasi ranu kumbolo. Ranu Kumbolo tidak masuk ke dalam daerah prioritas untuk di rekam perubahannya.
Bila kita perhatikan di bagian area camping ground, pada tahun 2004 hingga tengah 2012 masih terlihat sepi. Namun pada tahun selanjutnya sudah mulai terlihat titik-titik bewarna yang menandakan kehadiran tenda dalam jumlah yang tidak sedikit.
Perubahan warna air di Ranu Kumbolo dalam citra satelit tersebut dikarenakan oleh kalibrasi data citra yang tidak sama pada masing-masing waktu perekaman oleh satelit.