Rammang-rammang, Perpaduan Kecantikan Alam dan Kearifan Lokal Maros

Selain memiliki panorama alam yang cantik, Rammang-rammang di Maros, Sulawesi Selatan ternyata juga memiliki nilai sejarah sangat tinggi.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Rammang-rammang telah dukup dikenal oleh wisatawan. Foto oleh @gitagipus

 

Rammang-rammang merupakan kawasan gugusan pegunungan karst (kapur) Maros-Pangkep. Lokasinya ada di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, sekitar 40 km di sebelah utara Kota Makassar.

Rammang-rammang menawarkan keindahan pegunungan karst yang begitu luas, dengan sungai dan area sawah yang cantik di sekitarnya.

Rammang-rammang tawarkan alam yang masih asri. Foto oleh @riekaclaudia

 

Rammang-rammang sudah terbentuk sejak lama, sekitar 30 juta tahun lalu. Namun, kawasan ini diperkirakan baru mulai dihuni manusia pada 40 ribu tahun lalu. Jejak manusia pada masa lalu tersebut, hingga kini masih bisa dinikmati oleh para pengunjung melalui tulisan tangan atau simbol-simbol yang ada di dinding gunung.

 

Kearifan lokal dan cantiknya alam Rammang-rammang akan berikan pengalaman berharga bagi wisatawan. Foto oleh @padoang2an

Sebelum berangkat ke spot ini, wisatawan harus menyiapkan uang tunai untuk membayar sewa perahu. Salah satu spot menikmati alam Rammang-rammang adalah di Kampung Berua yang memang harus dicapai dengan perahu.

Harga sewa perahu beda-beda, tergantung muatannya. Harga sewa perahu untuk 1-4 orang adalah Rp200 ribu/perahu untuk pulang pergi dari dermaga awal ke Kampung Berua. Sementara harga sewa perahu yang muat hingga 7 orang adalah Rp 250 ribu, sedangkan yang cukup untuk lebih dari 10 orang adalah Rp300 ribu.

Setelah tiba di Kampung Berua, wisatawan bisa trekking di sekitaran pegunungan batu kapur. Karena harus melewati jalan setapak di sela-sela area sawah yang basah dan licin, lebih gunakan sepatu atau sandal gunung agar trekking lebih nyaman.

Menuju Kampung Berua menggunakan perahu. Foto oleh @iqraputra

Sayangnya, meski indah dan bersejarah, kawasan ini terlihat kurang terawat dan banyak sampah bertebaran, termasuk di sepanjang aliran sungai yang menjadi akses utama menuju gugusan pegunungan karst.

Kawasan ini pertama kali dikembangkan pada tahun 2014 oleh masyarakat di Desa Salenrang. Untuk menarik wisatawan, kawasan tersebut kemudian mulai dibuka untuk umum di tahun tersebut. Sejak itu, perkembangan Rammang-rammang berlangsung cepat, terutama setelah kemudahan warga untuk mengakses informasi melalui internet.

Saat akhir pekan, wisatawan akan berbondong-bondong datang dan jumlahnya bisa mencapai 600 hingga 700 orang. Dengan jumlah tersebut, tidak heran kalau kawasan Rammang-rammang menjadi sangat ramai dan produksi sampah menjadi naik berkali-kali lipat dari hari biasa.

Tak hanya pengelola, hal ini menjadi tanggung jawab semua pihak. Bukan hanya demi menarik wisatawan, namun penataan harus dilakukan untuk menjaga situs bersejarah yang ada di dalam kawasan. 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU