Hal yang Harus Dilakukan Saat Hipotermia di Tengah Gunung

Hipotermia salah satu hal yang cukup berbahaya jika terjadi ditengah gunung. Kenali cara menghadapinya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Yuliani

Foto oleh lifkadarsih

Hipotermia adalah suatu jenis penyakit yang harus diwaspadai oleh para Pendaki Gunung. Suhu udara di atas gunung yang dingin serta kondisi fisik yang letih adalah faktor utama terjadinya Hipotermia.

Hipotermia termasuk salah satu kondisi yang membutuhkan penanganan medis darurat. Kondisi ini terjadi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu normal yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35°C.

Penyebab utamanya adalah udara dingin. Misalnya, karena tidak mengenakan pakaian yang tepat saat mendaki gunung, berada terlalu lama di tempat dingin, jatuh ke kolam berisi air yang dingin, atau mengenakan pakaian yang basah.

Mendaki gunung di musim penghujan memang memerlukan perhatian khusus, selain medan yang menjadi licin atau longsor, gejala-gejala hipotermia umumnya kerap terjadi pada pendaki dan berkembang secara perlahan-lahan sehingga sering tidak disadari oleh pengidapnya.

Oleh sebab itu, sesama anggota tim harus saling memperhatikan satu sama lain. Orang yang mengalami hipotermia ringan akan menunjukkan gejala menggigil yang disertai rasa mengantuk atau lemas, pusing, lapar, mual, kulit yang dingin atau pucat, dan napas yang cepat.

Apa yang harus dilakukan jika gejala tersebut muncul?

1. Jangan panik, pantau pernapasan penderita

Saya memperhatikan teman saya yang lebih senior saat ia dengan tenang memberi pertolongan pertama dengan memberikan oxycan sebagai alat bantu nafas, menenangkan pengidap dan tidak membantunya gugup menjadi poin penting.

“Kalau kita sebagai rekan timnya saja ketakutan, bagaimana dia bisa survive”

2. Hindari menggosok tangan pengidap

Menggosok tangan atau kaki pengidap juga sebaiknya dihindari. Gerakan berlebihan dapat memicu serangan jantung. Telapak tangan kita yang digosok, jika sudah hangat, tempelkan ke telinga pengidap atau bagian lainnya yang paling dingin.

3. Lepaskan pakaian pengidap jika basah dan ganti dengan yang kering

Pengidap yang kebetulan wanita, lebih baik dibantu dengan rekan timnya yang wanita juga. Kali ini saya yang membantu pengidap, yang kebetulan wanita. Sementara rekan laki-laki berjaga di luar tenda, memasak air panas.

4. Tutupi tubuh pengidap (terutama bagian perut, leher, dan kepala) dengan selimut atau ekstra jaket agar hangat

Pengidap hipotermia harus memakai pakaian dobel atau jaket ekstra agar suhu tubuhnya kembali normal, di sini kesetiakawanan diuji.

Laki-laki biasanya muncul sebagai pahlawan merelakan jaketnya dan berkaos oblong biasa demi sang wanita agar tidak hipotermia. Padahal mungkin merekapun kedinginan.

5. Berbagi panas tubuh dengan penderita

Misalnya dengan memeluknya secara hati-hati. Kontak langsung dari kulit ke kulit akan lebih efektif.

6. Berikan minuman hangat

Sementara saya dan seorang teman laki-laki sibuk di tenda menghangatkan pengidap, rekan yang lain sudah merebus air panas dan menyodorkan segelas susu jahe hangat. Tetapi, hindari memberi minuman yang mengandung alkohol atau kafein.

7. Kompres penderita dengan botol berisi air hangat

Gunakan botol berisi air hangat untuk mengompres pengidap. Kompres ini sebaiknya diletakkan di leher, perut, atau dada. Jangan meletakkannya di bagian kaki atau tangan karena dapat mendorong darah yang dingin untuk mengalir ke jantung, paru-paru, dan otak.

***

Yang terpenting dalam pendakian kita harus menghindari sifat egois, saling mengingatkan dan saling memberi perhatian kondisi antar pendaki harus terus di lakukan agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU