“Eh..ada yang tau jalan nggak nih?”
“Santai, ada GPS inih.”
Kurang lebih begitulah obrolan yang sering saya dengar sebelum berangkat traveling ke tempat yang baru. Orang-orang yang hidup di jaman ini memang begitu dimudahkan dengan teknologi. Sampai-sampai datang ke tempat baru sekalipun selalu mengandalkan teknologi.
Salah satu anak dari teknologi yang selalu dijadikan andalan adalah GPS. Sistem ini memungkinkan Kamu menemukan tempat baru melalui arahan satelit. Tapi untuk beberapa alasan, saya justru lebih memilih layanan GPS lainnya atau Gunakan Penduduk Setempat. Mengapa demikian? Ini alasannya.
Hal ini banyak dialami oleh orang-orang yang mengandalkan GPS sepenuhnya. Contohnya saja teman saya, yang nyasar ke kawasan ke persawahan karena mengikuti arahan dari GPS. Ya, cukup jadipengalaman bahwa ternyata GPS nggak selamanya akurat.
Kadang memang lebih baik bertanya kepada warga sekitar. Paling tidak mereka ini adalah orang-orang yang lebih paham daerah tersebut, ketimbang pencitraan dari satelit yang mungkin belum di-update.
Mungkin untuk Kamu yang menggunakan kendaraan sepeda motor nggak terlalu masalah, coba bayangkan kalau Kamu menggunakan mobil. Seorang teman pernah berbagi kisahnya saat berkunjung ke Pekalongan. Dia hanya mengandalkan GPS, alhasil mobil yang ia naiki harus terjebak di tengah gang sempit dan buntu.
Akhirnya ia pun memilih untuk menjalankan mobilnya mundur dengan penuh hati-hati dan memakan waktu lama. Ini cukup jadi pelajaran buat Kamu ya gais supaya lebih berhati-hati saat menggunakan GPS.
Dalam kondisi tertentu, Kamu mungkin nggak menyadari bahwa baterai hp-mu lowbatt. Padahal Kamu sedang dalam keadaan butuh petunjuk jalan karena baru saja nyasar atau benar-benar nggak tahu jalan. Apalagi jika hari mulai gelap dan jalanan yang Kamu lewati sepi.
Mengatasi hal-hal inilah saya lebih suka bertanya langsung pada warga lokal. Saat sudah merasa bingung, biasanya saya langsung bertanya saat menjumpai warga yang kebetulan sedang duduk santai.
Sinyal di suatu daerah belum tentu support untuk mengakses GPS. Hal ini membuat Kamu lebih lama mencari petunjuk jalan. Untuk itulah memang sebaiknya menggunakan petunjuk dari warga setempat.
Menurut saya warga setempat adalah GPS paling handal yang bisa Kamu percaya. Mereka akan menjelaskan padamu secara detail tentang lokasi yang ingin dituju. Kadang mereka juga menyarankanmu untuk bertanya kembali setelah sampai di satu titik agar Kamu nggak nyasar.
Kadang mungkin warga lokal menggunakan bahasa daerah yang Kamu nggak ngerti maksudnya. Kalau Kamu ingin memintanya mengulang dalam bahasa Indonesia, pastikan untuk meminta maaf sebelumnya. Baru setelah itu meminta tolong untuk menjelaskan kembali dalam bahasa Indonesia.
Saya kerap kali merasa bersyukur saat bertegur sapa langsung dengan mereka. Mungkin Kamu juga merasakan, bagaimana kebanyakan warga lokal masih bersikap ramah dan sopan pada orang asing. Meski hanya bertanya alamat, mereka terkesan sangat menghargai.
Ini adalah hal yang jarang Kamu temui di kehidupan kota. Maka bertegur sapa dengan mereka sekaligus bertanya alamat adalah hal menyenangkan bagi saya.
Pernah suatu kali saya sedang berkunjung ke Jogja, dan itu pertama kalinya ke sana dengan sepeda motor. Karena sudah bingung harus mengambil jalan yang mana, akhirnya saya putuskan untuk bertanya pada seorang tukang becak setempat. Kesalahan saya kala itu adalah lupa mematikan mesin motor saat bertanya.
Setelah si bapak menjelaskan arahan jalan yang harus saya tempuh, dia tiba-tiba menepuk bahu saya. Si bapak kemudian berkata:
Nak, lain kali kalau mau tanya alamat itu di Jogja ada sopan santunnya. Mesin motornya dimatikan dulu, terus turun dari motor. Salam dulu baru tanya alamat.
Begitulah kira-kira ucapan si bapak tukang becak tersebut. Ya, setidaknya saya bisa memetik pelajaran bahwa sopan santun juga masih dipegang erat oleh warga lokal Jogja.
Kali ini sayalah yang menjadi warga lokalnya. Saat kebetulan saya sedang di rumah, ada dua orang cewek datang dengan senyumnya yang manis. Mereka ternyata ingin bertanya alamat karena sudah beberapa kali berkeliling di desa namun tidak menemukan rumah yang dimaksud.
Singkat cerita ibu sayalah yang menerangkan alamat rumah tersebut. Kedua cewek inipun nggak langsung pulang, tapi mengajak ibu saya mengobrol banyak hal. Sampai pada akhirnya kami saling tahu bahwa satu dari cewek ini berasal dari Ngawi, daerah asal ibu saya juga. Jadi ya begitulah, akhirnya kami justru jadi saudara karena kejadian tanya alamat tadi.
Mungkin Kamu juga bisa mengajak ngobrol warga setempat saat nyasar, siapa tahu ternyata ada orang yang satu daerah denganmu di situ. itung-itung menambah saudara di tempat baru kan.
Kan kata orang jodoh itu pasti bertemu, dan nggak tahu juga ketemunya di mana. Nah siapa tahu pas Kamu lagi tanya-tanya alamat secara nggak sengaja justru ketemu calon jodohmu. Yang jelas bertemu orang setempat lebih bermanfaat sih dari pada hanya melototi GPS-mu.
Buat yang jomblo bisa dicoba nih, kalau lagi traveling ke tempat baru bisa tanya-tanya ke warga setempat aja. Siapa tahu ketemu jodohnya.
***
Teknologi memang membuatmu lebih mudah dalam banyak hal, tapi bertegur sapa dengan warga lokal akan memberimu cerita dan kisah yang berbeda saat traveling.
Gimana gias, berani mencoba melepaskan GPS saat traveling ke tempat baru dan merasakan pengalaman yang berbeda? Mungkin nggak semua hal baik di atas akan Kamu temui. Atau sialnya mungkin Kamu juga akan kena omel, tapi itu akan membuat perjalananmu lebih berwarna lho.