Foto ekstrem seringkali dilakukan demi mendapatkan feed instagram yang sensasional dan mendulang double tap yang menjanjikan. Namun bukankah hal tersebut ialah semu semata?
Kami menemui salah seorang pengunjung di kawasa wisata Dieng, Telaga Warna. Saat itu, Agit, pengunjung Telaga Warna, bersama temannya, Om Joen, tengah berdiri di sepanjang batang pohon di atas Telaga Warna.
Tanpa menunjukkan rona ketakutan, mereka berpose dan bergaya dengan penuh percaya diri. Padahal tak ada yang mengetahui sekuat apakah batang pohon yang tengah mereka naiki dan jadikan spot foto itu.
Agit dan temannya kemudian merangkak hingga menuju ke tepi jalanan yang biasa dilalui pengunjung. Kami kemudian menghampiri mereka dan bertanya perihal apa yang baru saja mereka lakukan.
Seraya menyengir, Agit dan Om Joen menjawab bahwa apa yang mereka lakukan itu ialah supaya keren dan agar pengikut mereka di Instagram suka.
Diketahu bahwa Agit adalah salah pengunjung dari Batang, tak hanya bersama om Joen, ia bersama keempat kawannya yang lain memang sengaja ingin jalan-jalan di sekitar kawasan wisata Dieng.
Ketika kami bertanya apakah tidak takut berfoto di atas batang pohon tadi, ia menjawab bahwa dirinya biasa saja dan tidak merasa ketakutan.
Ternyata tak cuma Agit, ada pula pengunjung lain yang tertangkap oleh lensa kamera kami, tengah berpose di spot foto ekstrem. Sama halnya dengan Agit, pengunjung ini juga tak menampakkan rona ketakukan, ia justru sumringah dan berpose dengan penuh percaya diri.
Ini hanya satu destinasi wisata, bagaimana di tempat lain? Ada berapa orang yang rela mengindahkan keamanan demi kenyamanan visual para followernya?
Menjadi percaya diri dan kreatif dalam menghasilkan foto-foto kekinian tentu patut diacungi jempol. Namun bila proses yang dilalui mesti membahayakan diri sendiri, bahkan bila sampai membahayakan orang lain dan lingkungan sekitar, apakah hal tersebut masih dapat diwajarkan saja?