Festival Gandrung Sewu 2018 menuai pro kontra setelah resmi digelar pada Sabtu (20/10/2018) lalu di Pantai Boom, Banyuwangi, Jawa Timur.
Tuaian pro dan kontra ini hadir dikarenakan adanya bendera VOC yang berkibar dalam festival budaya tahunan berskala global tersebut.
Diketahui bahwa VOC atau Vereenigde Oostindische Compagnie adalah persekutuan kongsi dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktibitas perdagangan di Asia.
Tak hanya itu, VOC juga berkaitan dengan sejarah kelam penjajahan Indonesia sehingga menimbulkan sentimen publik yang cukup mendalam bila perbincangan mengenai VOC didengar.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, M. Yanuarto Bramuda, angkat bicara mengenai hal yang menjadi keresahan publik tersebut.
Menurutnya, semua yang ada di Festival Gandrung Sewu 2018 hanya properti yang ingin ditunjukan oleh kreator atau sutradara, agar penonton berada pada suasana saat itu.
“Mas alit selaku bupati pertama, naik kapal VOC dan hilang oleh perompak-perampok itu bagaimana kemudian ceritanya akan tersambung dalam Festival Gandrung Sewu 2019,” ungkap Bramuda dilansir Analisa Publik pada Minggu (21/10/2018).
Bramuda menjelaskan bila Gandrung itu ada sejak tahun 1700-an tepatnya tahun 1774 dan diciptakan sebagai siasat atau kode untuk melawan penjajah dalam hal ini VOC.
“Kok ada gambar bendera Belanda dalam Festival Gandrung Sewu 2018? Itu adalah bendera VOC yang ada di replika kapal VOC. Gandrung Sewu 2018 ini kan menceritakan perlawanan rakyat Banyuwangi kepada VOC pada saat bupati pertama Mas Alit tahun 1774,” jelasnya.
Lebih lanjut dia menerangkan bila Tema Festival Gandrung Sewu 2018 adalah Layar Kumendung yang artinya Kesedihan di atas kapal yaitu Kapal VOC tersebut yang mana banyak masyarakat Banyuwangi yang dibantai dan disiksa.
“Ada yang tanya kenapa dalam akhir cerita kok tidak dirobek birunya? Mau dirobek gimana? Itu peristiwa tahun 1700-an. Indonesia merdeka 1945, artinya sebelum tahun 1945 itu masih negara jajahan,” lanjutnya.
Kemudian saat ada yang tanya kenapa itu kok bukan bendera Indonesia? “Pakai logika aja, tahun 1700-an mana ada kapal berbendera Indonesia, sedangkan Indonesia merdeka tahun 1945,” tegasnya.
Bramuda pun menambahkan, “Mari uri-uri budaya sendiri, jangan cuma bisanya protes ketika diklaim daerah atau negara lain sedangkan kita sendiri acuh dan tidak tahu sejarah budaya kita,” imbuhnya.