Ekspektasi vs Realita: Pertama Kali Naik Pesawat

Penerbangan pertama selalu membaut hati berdebar, berbagai macam ekspektasi muncul di kepala.

SHARE :

Ditulis Oleh: Widarti

Foto dari Aquilastyle

Saat kecil, saya selalu tertawa senang jika melihatnya mengudara di angkasa. Saat SMA, sekolah saya mengadakan sepeda gembira ke museum Dirgantara Adisucipto di daerah Maguwo. Di museum inilah saya melihat langsung dari dekat beragam pesawat militer yang dimiliki Angkatan Udara Adisucipto.  Pertama kalinya juga saya naik ke pesawat Hercules yang tidak diterbangkan, karena mesinnya sudah tidak beroperasi lagi.

Untuk pesawat komersial, pertama kali saya naik pesawat adalah tahun lalu sewaktu bertugas ke Makassar. Ternyata ada beberapa realita tentang pesawat yang berbeda dengan ekspektasi awal.

1. Ekspektasi : Pesawat benda berbahaya!

Realita

Kecelakaan bisa saja terjadi dimana saja. Tidak hanya pesawat, jadi tak perlu khawatir berlebihan. Tarik nafas dalam dan tenangkan diri, Cukup waspada dan berhati-hati saja.

2.  Ekspektasi : Penerbangan membuat mual dan kepala pusing

Realita

Bisa terjadi pada penerbangan jarak jauh, dan lintas zona waktu yang sangat berbeda. Namun nyatanya, kasus tersebut tak terlalu banyak terjadi. Penerbangan pertama saya lancar dan saya baik-baik saja, sehat 100%

3. Ekspektasi : Pesan tiket pesawat ribet!

Realita

Tidak samasekali, jika kita menyimak aturannya dengan baik dan teliti, mengikuti seluruh prosedur, semuanya akan lebih mudah -kecuali kamu membawa benda mencurigakan, pasti akan repot saat pemeriksaan.

5. Ekspektasi : Penerbangan itu membosankan!

Realita

Penerbangan saya yang pertama, sekitar 3 jam dari Jogja ke Makassar. Tentu membosankan jika tak tahu cara menikmatinya. Saya memilih menghabiskan waktu dengan membaca buku favorit saya, tidur dan menikmati pemandangan dari kaca jendela dan ternyata waktu 3 jam tak begitu terasa.

5. Ekspektasi : Cuaca buruk pasti akan mencelakakan penumpang

Bagaimana jika cuaca buruk terjadi? Penumpang bisa celaka. Kemungkinan apapun bisa terjadi, penerbangan pertama saya dipenuhi dengan awan gelap, petir dan hujan. Namun, beruntung saya bisa sampai dengan selamat dan tidak terjadi hal buruk.

***

Setidaknya lima hal ini cukup mewakili apa yang saya pikirkan sebelum naik pesawat. Berhubung tiket dari kantor, saya tidak memusingkan diri untuk mendapat dan membeli tiket. Lalu, unruk check in dan lain-lain, ada empat teman saya yang membantu saat proses itu terjadi, sehingga hal ini bukan suatu masalah serius.  Soal pesawat jatuh, pasti selalu ada penjelasannya, misal akibat masalah teknis, hal itu dapat diterima umum. Lain halnya dengan pembajakan, terror atau perampasan pesawat komersial. Jika tindak kejahatan yang terjadi, maka seluruh penumpang dan awak kabin harus dapat melindungi diri.

Sayangnya, pertama kali saya naik pesawat, AC di dalam pesawat terlalu dingin, sehingga saya terserang sakit kepala. Penerbangan berikutnya tidak begitu pusing karena sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan tersebut.  Trik menghabiskan waktu yaitu menikmati setiap momen dengan melakukan apa saja bisa membaca, tidur, mendengarkan music dan lain-lain.

Perihal cuaca buruk, jika cuaca buruk terjadi, menara Air Traffic Controller (ATC) akan memberikan pemberitahuan kepada seluruh maskapai, agar tidak menerbangkan pesawatnya dalam kondisi ini. ini salah satu penyebab pesawat delayed atau tertunda jam terbangnya. Jadi, tidak perlu khawatir, pesawat tidak akan terbang jika cuaca sangat buruk. Cuaca buruk tidak selalu karena hujan atau petir, tetapi bisa jadi akibat abu vulkanik atau erupsi yang menyebabkan jarak pandang terbatas. Februari 2014 misalnya, bandara Adi Sucipto dan bandara Adi Sumarmo tidak beroperasii beberapa hari karena bandara dan landasan pacunya dipenuhi abu vulkanik Gunung Kelud. Fenomena ini menyebabkan jarak pandang udara sangat terbatas.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU