Maret 2018 lalu, seekor badak putih bernama Sudan harus disuntik mati di usianya yang ke-45 karena keadaan fisiknya yang memprihatinkan. Matinya badak putih jantan terakhir di dunia ini membuat banyak pencinta binatang dan para peneliti khawatir akan kepunahan spesiesnya. Karena diketahui, setelah sepeninggal Sudan, hanya tersisa 2 badak betina.
Melihat kondisi yang begitu mengkhawatirkan ini, para peneliti dari Berlin dan Sandiago Zoo Institute for Conservation Research mengumpulkan sample DNA badak putih dari berbagai negara termasuk milik Sudan.
Sample DNA tersebut akan digunakan untuk menciptakan embrio yang kemudian akan ditanamkan pada rahim dua badak putih betina yang masih tersisa. Teknik yang dilakukan ini persis seperti yang dilakukan pembuatan bayi tabung untuk manusia.
Bagai keajaiban, Kamis pekan kemarin, tim peneliti dari Sandiago Zoo Institute for Conservation Research mengumumkan kehamilan Badak Putih Utara bernama Victoria.
Agar tim peneliti lebih mudah memantau kondisi dan menjaga keselamatan, saat ini Victoria ditempatkan di Nikita Kahn Rhino Rescue Center.
“Ini adalah sebuah keberhasilan yang ditempuh lewat jalur inseminasi buatan. Pastinya ini sebuah sejarah baru dari upaya penyelamatan spesies yang tinggal selangkah lagi menuju kepunahan,” ujar Kepala Departemen Reproductive Sciences San Diego Zoo Institute for Conservation Research, Barbara Durrant, seperti yang dikutip dari situs world animal news.
Proses inseminasi buatan memang berjalan dengan lancar. Namun, kita semua harus bersabar karena seekor badak betina memerlukan waktu 16 sampai 18 bulan untuk melahirkan, sehingga diperkirakan Victoria akan melahirkan pada akhir musim panas tahun 2019.
Inseminasi buatan yang tengah diperjuangkan oleh tim peneliti San Diego Zoo Institute for Conservation Research menjadi tonggak penting untuk menyelematkan badak putih di dunia. Untuk diketahui, inseminasi buatan merupakan tindakan yang sangat rawan mengingat sejarah yang menyatakan hanya beberapa kasus yang sukses melakukan percobaan ini.