Mengintip Desa Wisata Populer dan Sakral Indonesia, Ketu Kesu

Kabarnya, salah satu destinasi di Tana Toraja ini juga masuk dalam salah satu destinasi kunjungan tamu IMF. Dan berikut adalah beberapa fakta dan informasi mengenai desa wisata terpopuler Indonesia, Ketu Kesu.

SHARE :

Ditulis Oleh: Paundria

Wisata ke Tana Toraja jadi kurang lengkap jika belum mengunjungi desa wisata Ketu Kesu. Lanskap tongkonan yang bentuk atapnya mirip moncong perahu menjadi spot wajib yang harus dikunjungi.

Kabarnya, salah satu destinasi di Tana Toraja ini juga masuk dalam salah satu destinasi kunjungan tamu IMF. Dan berikut adalah beberapa fakta dan informasi mengenai desa wisata terpopuler Indonesia, Ketu Kesu.

Riwayat peradaban penduduk Tana Toraja

Tongkonan di Tana Toraja. Credit : instagram/t_rizqi

Di desa ini diyakini menjadi salah satu tempat saksi sejarah awal mula keberadaan masyarakat Tana Toraja. Kete Kesu adalah sebuah desa tradisional kuno yang tersembunyi di wilayah pegunungan Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Kota ini terletak di tengah-tengah hamparan sawah, dan merupakan desa tertua di distrik Sanggalangi.

Telah berusia 400 tahun, tak heran bahwa Ketu Kesu menyimpan beragam peninggalan menarik untuk para generasi selanjutnya. Menurut cerita, Tongkonan ini diserahkan dari generasi ke generasi

Tempat tinggal Raja

Tanduk Kerbau tergantung di depann Tongkongan. Credit : visittoraja/instagram

Tongkonan, dalam bahasa setempat  berasal dari kata tongkon yang artinya tempat duduk. Disebut demikian karena di jaman dahulu, Tongkonan merupakan tempat berkumpulnya kaum bangsawan Toraja. Dulunya, hanya para bangsawan saja yang berhak memiliki Tongkonan. Kepemilikan rumah adat ini tidak dapat dimiliki atas nama pribadi, namun wajib diwariskan secara turun temurun.

Baca juga Pigs of God, Festival Sadis Menggemukan Babi Hingga Sebesar Truk di Taiwan

Desa abadi yang diwariskan turun temurun

Kota abadi ini adalah rumah bagi sekitar 20 keluarga. Dikatakan telah berusia lebih dari 400 tahun, desa ini tidak berubah sama sekali dalam 400 tahun terakhir. Rumah-rumah adat yang ada merupakan warisan yang diturunkan secara turun temurun oleh masyarakat terdahulu.

Tongkonan yang ada di desa ini umumnya dihias dengan ukiran indah dan tanduk kerbau. Lambang kepala kerbau memiliki arti kemakmuran dan kekayaan. Hiasan ini juga menunjukkan status sosial orang yang menempatinya. Jika anda mendapati  banyak tanduk-tanduk kerbau tergantung rapi di depan tiang tongkonan, ini  penanda bahwa yang empunya rumah sudah melakukan banyak pesta.

Di depan tongkonan ada alang atau lumbung yang dibangun berhadapan. Ini menjadi kompas bagi masyarakat, tongkonan di utara sedangkan alang diletakkan di selatan. Menurut cerita, bangunan Tongkonan yang mengarah ke utara ini melambangkan  asal muasal leluhur dari Tana Toraja.

Nantinya pun ketika ada warga yang meninggal dunia, mereka akan berkumbul bersama arah leluhurnya di utara. Togkongan pun memiliki namanya tersendiri. Setiap nama tongkonan akan diberikan sebelum dibangun atas musyawarah dari tetua adat.

Tempat wisata sakral

Situs megalitik yang ada di Ketu Kesu. Credit : diaspora iqbal.com

Sebagai salah satu situs penginggalan megalitik di Indonesia. Desa Ketu Kesu sarat akan kesakralannya. Terutama antara bulan Juni dan Desember, masyarakat Toraja akan berkumpul Kete Kesu untuk melaksanakan upacara adat penghargaan kepada leluhur dan pemakaman Rambu Solo.

Museum hidup

Tradisi pemakaman masyarakat toraja yang diletakkan di tebing. Credit : positivr.fr

Jika Anda berkunjung ke desa ini, jangan kaget jika tiba-tiba Anda melihat tengkorak berada di sekitaran. Tak jauh di belakang Tongkonan, akan ada menhir-menhir yang menuju ke bukit yang menakutkan Bukit Buntu Ke’su.

Bukit Buntu Ke’su adalah situs pemakaman kuno, yang diperkirakan berusia lebih dari 700 tahun. Menurut tradisi, orang-orang dari status yang lebih mulia dikuburkan di lubang yang lebih tinggi, sementara rakyat jelata diistirahatkan di kaki bukit. Toraja percaya bahwa semakin tinggi dimakamkan, semakin mudah jalan menuju surga.

Baca juga Destinasi yang Banyak Dikunjungi Wisman Usai Asian Games

Berlaku hukum adat

Jangan sekali-kali coba macam-macam ketika berkunjung ke desa ini. Karena, jika Anda main-main dengan aturan adat yang ada, Anda tak hanya mendapat teguran dari tokoh adat, namun bisa juga berurusan dengan polisi. Anda juga bisa dihukum selayaknya aturan adat yang berlaku. Hukum adat bervariasi, tergantung pelanggarannya. Mulai dari denda berupa persembahan hewan sembelih, hingga pelayanan adat dan penahanan. Jadi, mulai sekarang, biasakan untuk selalu menghargai adat dan tradisi yang ada ya Phinners! 

Ditetapkan sebagai peninggalan UNESCO

Menjadi warisan UNESCO. Credit : ig/kakigatel

Dengan beragam keunikan yang ada, tak heran jika Desa Ketu Kesu ini dijadikan sebagai salah satu destinasi warisan dunia oleh UNESCO. Dengan ditetapkannya Desa Ketu Kesu sebagai salah satu cagar warisan dunia, tentunya suatu kebanggaan dan juga suatu tanggung jawab bagi warga Indonesia untuk turut melestarikan salah satu peninggalan nenek moyang kita.

Akses lokasi

Satu-satunya perjalanan ke Toraja dari bandara Makassar melalui darat. Tidak ada penerbangan antara Makassar dan Toraja.

-Tersedia bus dari Makassar ke Rantepao yang berangkat dari Makassar setiap hari. Perjalanan memakan waktu sekitar 8 jam termasuk berhenti untuk makan. Tiket harus dibeli di kota, berangkat dari terminal bus DAYA, 20 menit dari kota oleh bemo. Bus ini biasanya pergi di pagi hari (jam 7 pagi) dan di malam hari (pukul 7 malam).

-Beberapa perusahaan di Rantepao menjalankan bus kembali ke Makassar. Jumlah bus setiap hari tergantung pada jumlah penumpang.

-Cara yang terbaik dan termudah adalah menghubungi agen perjalanan yang berpengalaman untuk mengatur dan mengurus jadwal lengkap Anda ke dataran tinggi Toraja

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU