Dampak Positif Wabah Virus Corona Terhadap Bumi dan Umat Manusia

Antropolog interdisipliner Samuel Veissiere Ph.D menjelaskan, meskipun efek negatif yang ditimbulkan besar, wabah Covid-19 juga memiliki dampak positif.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Wabah Virus Corona (Covid-19) yang mewabah di hampir seluruh negara di dunia membuat kepanikan yang luar biasa. Pertama kali muncul di Kota Wuhan, China pada akhir 2019 lalu, kini (26/3) Covid-19 telah menjangkiti sekitar 471.060 penduduk bumi dengan korban meninggal mencapai 21.283 orang. Di Indonesia, jumlah kasus karena Covid-19 adalah 790 orang dengan 58 diantaranya dinyatakan meninggal dunia. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kematian akibat wabah Covid-19 tertinggi di dunia.

Sangat bisa dimaklumi jika masyarakat mengalami kepanikan yang luar biasa, karena wabah Covid-19 menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia. Pasien terinfeksi jika tidak segera ditangani secara serius dapat mengalami kematian tiba-tiba, meskipun tidak menunjukkan gejala. Selain itu, hingga saat ini belum ditemukan vaksin atau anti-virus yang dapat menangkal infeksi virus Covid-19 yang masih satu kelompok dengan SARS dan MERS.

Sejak mewabahnya Virus Covid-19 ini, perekonomian global terus mengalami penurunan dan perlambatan yang signifikan. Bahkan beberapa negara terancam mengalami resesi jika wabah ini tidak segera mereda. Indonesia sudah mulai merasakan imbas perlambatan ekonomi global akibat Covid-19. Nilai tukar Rupiah terus anjlok, bahkan pernah hampir menyentuh angka Rp 17.000 per 1 USD. Tak hanya itu, sektor pariwisata juga diprediksi mengalami kerugian hingga 21 triliun. Okupansi hotel di beberapa daerah juga terus menurun tajam, hal ini sangat berbahaya bagi kelangsungan perhotelan Indonesia.

Namun demikian, menurut Antropolog interdisipliner dan ilmuwan kognitif Samuel Veissiere Ph.D, untuk menghadapi wabah Covod-19 ini tidak perlu panik yang berlebihan, karena dapat memicu resiko sosial, ekonomi, dan psikologis yang hadir tanpa disadari. Veissiere menjelaskan, meskipun efek negatif yang ditimbulkan begitu besar, wabah Covid-19 ternyata juga memiliki dampak positif. Berikut adalah ulasannya.

(cnn.com)

Seluruh Dunia Bekerja Sama

Sejak merebaknya virus Covid-19, dunia seakan berbondong-bondong bekerjasama mengalahkan satu musuh bersama. Kerjasama global itu belum pernah terjadi. Sebelum adanya wabah ini, setiap orang dan negara hanya memikirkan masalahnya sendiri-senidri. Isu politik, kecemasan, perubahan iklim, penyakit mental, resei seks, dan bunuh diri terjadi karena individualisme yang sangat tinggi. Setiap negara seakan saling menyalahkan, saling menunjuk siapa dalang yang baling bersalah atas semua kekacauan yang terjadi. Semua berubah 180 derajat ketika Covid-19 ini muncul.

Kasus ini membuat setiap orang dan negara berfokus pada satu hal yang sama, memahami pentingnya koordinasi tindakan pencegahan. China mengerahkan tenaga medis untuk membantu Italia yang tengah mengalami krisis Covid-19. Bahkan dua negara yang selama ini berseteru dan berkonflik, Israel dan Palestina, bersatu untuk perangi wabah Virus Covid-19 ini. Kerjasama dilakukan dalam bentuk penyediaan tempat tinggal sementara oleh Israel untuk 70 pekerja dari Palestina, setelah sebelumnya perbatasan tepi barat ditutup untuk menekan penyebaran Covid-19. Pemerintah di seluruh dunia gotong royong menerapkan langkah-langkah ekonomi untuk membantu negara-negara yang rentan secara ekonomi.

Kualitas Udara Membaik

Selama ini kualitas udara di dunia dari tahun ke tahun terus memburuk akibat tingginya polusi akibat adanya industri dan kendaraan bermotor. Masyarakat dunia terlalu sibuk bekerja, hingga melupakan bahwa kesehatan mental perlu dijaga, polusi dan polarisasi perlu dikendalikan. Sejak dicetuskannya social distancing kemudian menjadi physical distancing, perlahan namun pasti kulitas udara semakin membaik karena minimnya lalu lalang kendaraan dan industri yang berhenti beroperasi sementara.

(twitter)

Emisi karbon di China berada pada titik yang sangat rendah, terus turun setiap harinya. Kondisi ini diungkapkan oleh Nasa melalui potret menggunakan satelitnya yang ada di orbit bumi. Jakarta yang selama ini dikenal sebagai salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia juga mengalami hal serupa. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan bahwa sejak pemberlakukan work from home, kualitas udara terus membaik beberapa waktu terakhir.

Memberi Ruang untuk Alam 

Sudah saatnya manusia memberi ruang untuk alam. Sejak peradaban dimulai, manusia menjadi satu-satunya makhluk yang paling merusak alam. Tak terhitung lagi kerusakan apa saja yang disebabkan manusia kepada alam, mulai dari penggundulan hutan, pencemaran lingkungan, penggrusuran lahan, hingga perburuan liar. Diberlakukannya lockdown, social distancing, hingga physical distancing akhirnya memberikan alam berserta semua makhluk hidup di dalamnya jeda dan ruang untuk menempati yang seharusnya menjadi tempat mereka.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU