Efek Domino Pandemi Virus Corona, Pariwisata Indonesia Merugi Rp 21 T

Efek Pandemi Virus Corona (Covid-19) yang mewabah sejak akhir tahun 2019 lalu telah benar-benar menghancurkan perekonomian dan pariwisata global.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Pandemi Virus Corona (Covid-19) yang mewabah sejak akhir tahun 2019 lalu telah benar-benar menghancurkan perekonomian global. Dilansir Bloomberg Economics, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan sekitar 0.26%. Hal ini merupakan efek domino dari lesunya perekonomian China yang gagal menyumbang 17% Produk Domestrik Bruto (PDB) global.

Masih terlalu dini untuk menghitung total kerugian yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19 mengingat wabahnya masih belum mereda hingga kini. Namun dari perhitungan awal dari Hariyadi B. Sukamdani selaku Ketua Umum Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI), potensi kerugian pariwisata Indonesia mencapai US$ 1.5 miliar atau setra dengan Rp 21 T. Angka ini dapat terus bertambah jika pandemi Covid-19 tidak segera reda.

Kerugian besar pariwisata Indonesia berasal dari anjloknya jumlah turis asal China. Tahun 2019 lalu, jumlah turis asal China yang berkunjung ke Indonesia mencapai 2 juta orang dengan total pengeluaran dalam sekali kunjungan sekitar US$ 1.100 (Rp 15.4 juta). Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, turis asal China biasanya akan membanjiri Indonesia pada periode Januari-Februari saat perayaan Chinese New Year. Namun sejak awal Februari, akses penerbangan dari China sudah ditutup sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

Destinasi wisata di Indonesia yang paling terdampak adalah Manado, Bali, dan Batam. Kondisi semakin diperparah dengan dibatalkannya pameran wisata pariwisata terbesar di dunia, ITB Berlin karena pandemi Covid-19. Bagi Indonesia, ITB Berlin sangat penting karena menjadi travel market paling potensial. Jika tidak ada pasar untuk berjualan maka dipastikan transaksi tidak akan berjalan. Jika sudah demikian, tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Indonesia.

Antrean di Imigrasi tampak sepi (Antara Foto/Fikri Yusuf).

PHK Massal di Industri Pariwisata

World Travel and Tourism Council (WTTC), Gloria Guevara menyatakan pandemi Covid-19 membuat sebanyak 50 juta orang di sektor pariwisata kehilangan pekerjaan. Tercatat ribuan penerbangan internasional telah dibatalkan dan beberapa perusahaan asuransi menolah nasabah baru untuk asuransi perjalanan. Sektor pariwisata sejauh ini diprediksi mengalami penyusutan hingga 25% pada awal tahun 2020 ini.

Reaksi berantai atau efek domino terjadi pada sektor penunjang pariwisata seperti hotel, restoran, maskapai penerbangan, hingga pengusaha retail. Okupansi hotel mengalami penurunan hingga 50% sejak awal tahun lalu. Hal ini memberikan dampak besar bagi bisnis perhotelan di Indonesia. Jika hingga April tidak kunjung berubah, diprediksi akan banyak perusahaan yang gulung tikar mengingat masuknya bulan puasa dan lebaran.

Pendapatan sektor pariwisata di Bali, terutama di bidang perhotelan turun hingga 70% setelah wabah Covid-19. Pemerintah Provinsi Bali menghimbau agar manajemen tidak melakukan pemutusan kerja sepihak meskipun sepi kunjungan turis. Namun demikian tidak ada pilihan lain bagi perusahaan agar tetap bertahan selain melakukan perampingan tenaga kerja. Beberapa hotel di Bali dan Batam meminta karyawannya untuk cuti sementara waktu hingga kunjungan turis berangsur normal.

Bali sepi oleh wisatawan asing maupun domestik (Antara Foto/Fikri Yusuf).

Perusahaan travel agent, Star Jet, yang khusus menangani turis dari China di Plaza Lagoi Bintan, Kepulauan Riau telah mengajukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 150 karyawannya kepada Dinas tenaga Kerja Kabupaten Bintan sebagai akibat adanya virus Covid-19. PHK akan direncanakan dilakukan secara bertahap mulai 1 Maret 2020.

Pengaruh ke Industri Manufaktur

Tidak hanya pariwisata, Industri lain seperti garmen dan elektronik juga mengalami kondisi yang sulit. Hal ini disebabkan karena sebagian besar bahan baku manufaktur di Indonesia berasal dari China. Dengan adanya pengetatan proses impor dari China membuat banyak perusahaan sulit memperoleh bahan baku untuk proses produksi.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU