Selama ini Raja Ampat lebih dikenal sebagai destinasi wisata bahari. Padahal, Raja Ampat juga memiliki banyak ragam kuliner khas yang sayang jika dilewatkan.Beberapa di antara kuliner khas Raja Ampat, ada cacing laut atau insonem.
Jangan bayangkan cacing laut seperti cacing pada umumnya. Cacing laut ini jauh dari kesan kotor dan menjijikkan. Cacing ini banyak ditemukan di pasir putih timbul, yaitu pasir yang hanya muncul ketika laut surut. Warnanya pun putih dengan panjang badan sekitar 30-40 cm.
Cacing laut berasal dari wilayah Raja Ampat bagian utara dan sudah menjadi camilan sehari-hari penduduk Kepulauan Ayau. Saat berkunjung ke sana, tidak perlu khawatir akan sulit menemukannya karena biasanya cacing laut banyak dijual di pusat kota.
Menurut penelitian, cacing laut kaya akan protein sehingga dapat meningkatkan stamina dan ‘keperkasaan’ pria supaya bisa bertahan lama ketika ‘berhubungan’.
Selama ini, cacing laut diperoleh dengan cara diburu, bukan dibudidayakan. Biasanya pasir dikeruk menggunakan tangan, lalu dimasukkan batang kayu semacam lidi, cacing akan melilit batang. Setelah itu batang kayu tinggal ditarik.
Sebelum diolah untuk menjadi makanan, cacing dipotong kepala dan ekornya.
Proses pertama, cacing dibersihkan dengan membelah bagian tubuh untuk mengeluarkan pasir yang ada di dalamnya, lalu dibilas hingga bersih. Setelah itu, cacing akan dipanggang menggunakan serabut dan tempurung kelapa serta sedikit kayu bakar. Proses pemanggangan ini dinamakan “asar”. Warna cacing yang mulanya putih, ketika sudah matang akan berubah menjadi kecokelatan.
Saat matang, cacing akan lebih mirip kentang, namun eksturnya kenyal dan agak alot seperti gurita. Untuk rasanya, tergantung bumbu yang digunakan, namun pada umumnya panggangan cacing laut bercita rasa manis dan gurih. Namun bisa juga menggunakan varian bumbu lain, seperti rica-rica pedas misalnya.
Kuliner ini juga bisa disajikan dengan sayuran, atau diasap lebih lama menjadi keripik.
Harga 1 porsi cacing laut ini berkisar Rp10.000-25.000,-.