Hybrid Channel Bisa Jadi Solusi Travel Agent Agar Tak Tergilas di Era Sekarang

Ada negatif dan positifnya bagi bisnis travel tapi bagaimana efeknya bagi traveler? Ini hal yang harus Kamu tahu tentang pengaruh penetrasi internet di Indonesia.

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Hidup di era serba digital memang tak bisa jauh dari yang namanya internet. Pada tahun 2017 sendiri Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII) mencatat jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni hanya 132,7 juta jiwa. Meningkatnya jumlah pengguna internet ini ternyata banyak berpengaruh pada travel agent yang dulunya hanya bisa disebar lewat mulut ke mulut, radio, brosur dan media cetak.

Bagaimana travel agent mengatasi penetrasi internet? Sumber foto

Bertambahnya pelayanan menarik dari travel agent yang makin menguntungkan traveler

Public Relations Dwidaya Tour, Fransiscus X Siahaan mengatakan, pihaknya mengeluarkan effort yang cukup besar dalam mengatasi perkembangan pengguna internet di Indonesia.

“Melihat adanya perkembangan internet, tentu dwidaya tour fokus akan layanan tersebut dan akhirnya dwidaya tour memberikan investment yang besar sekali. Kami menciptakan Dwidaya Single Platform (DSP) atau layanan konfirmasi instan untuk pelanggan,”ujarnya.

Selain itu, Frans juga mengatakan Dwidaya juga telah menyediakan berbagai platform demi memudahkan traveler untuk melihat harga, layanan hingga pemesanan baik lewat sosial media Dwidaya maupun website resmi.

Hal ini menunjukkan bahwa ada banyak hal positif yang bisa didapatkan para traveler seiring cepatnya perkembangan internet. Traveler menjadi lebih mudah melakukan pemesanan dan membandingkan harga serta pelayanan dari berbagai travel agent.

Baca juga: Cara Travel Agent Bertarung di Era Digital

Menjamurnya travel agent di era digital, apakah juga berbanding lurus dengan keamanan yang ditawarkan?

Efek paling terasa dari cepatnya perkembangan internet adalah dengan munculnya puluhan hingga ratusan travel agent di Indonesia. Mereka menawarkan beragam paket wisata dari harga yang beragam dengan pelayanan yang beragam pula.

Tapi masalah baru muncul, ternyata tak semua travel agent bisa dipercaya, bahkan banyak kasus travel agent bodong yang hanya memanfaatkan pelanggan untuk keuntungan pribadi.

“Beberapa customer kami mengatakan bahwa saat mereka melakukan experience dengan operator lain mereka mengalami masalah, kurang nyaman, bahkan ada yang tidak kredibel dan mereka tidak menyelesaikan masalah dengan cara tuntas. Hal yang kami sampaikan terus kepada traveler dan pelanggan adalah dengan selalu membandingkan apple to apple, lihat kredibilitasnya, lihat produk travel agent tersebut karena kami yakin kejadian itu (travel agent bodong) masih ada hingga sekarang,”ujar Frans.

Baca juga: Bisnis Travel Agent dengan Modal 0 Rupiah, Mungkinkah?

Hybrid Channel, jawaban paling ampuh dalam mengatasi penetrasi internet bagi travel agent

Mengatasi banyaknya anggapan ‘travel agent bodong’, travel agent pun menjawabnya dengan dibukanya cabang-cabang kantor di berbagai daerah di Indonesia.

Kecenderungan orang Indonesia yang ternyata 80 persen masih menggunakan pelayanan multi channel dalam memilih travel agent menjadi alasan tambahan betapa pentingnya pelayanan offline terlepas dari pelayanan online yang juga harus dipenuhi.

“Masyarakat Indonesia itu masyarakat yang multi channel, mereka kadang mencari harga via online, tapi mereka juga melakukan booking via offline. Riset yang kami lakukan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa 80 persen masyarakat indonesia melihat online kompetitif tapi 80 persen lainnya melihat offline kompetitif. Maka dari itu kami kini juga makin memperbanyak cabang di Indonesia. Total kini ada 90 cabang kantor Dwidaya Tour di Indonesia,” jelas  Frans.

Pelayanan offline bukan hanya membuat pelanggan mengetahui mana travel agent terpercaya atau yang bukan tapi juga bisa mengetahui informasi lebih detail mengenai pelayanan perjalanan misalnya bagaimana cara mengajukan visa, bagaimana layanan paspor atau hal-hal lain secara mendetail.

“Bagaimana Dwidaya tour menghadapi lika-liku tersebut? Yang jelas kami sedang mengembangkan konsep hybrid channel, kami melakukan investment dalam sistem teknologi dengan DSP, kemudian kami juga melakukan inovasi dan mengadakan produk-produk yang baru yang belum dihadirkan. Kami juga melakukan kolaborasi dengan industri lain seperti industri lifestyle atau women community online agar semakin banyak orang yang tahu produk yang kami hadirkan,” pungkas Frans.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU