Siapa tak kenal dengan serial kartun SpongeBob Squarepants? Sejak dirilis pertama pada 1999, serial ini langsung berhasil menggaet hati penggemar dan langsung menduduki peringkat teratas animasi anak. Tidak banyak yang tahu ternyata kisah SpongeBob bersama para warga di Bikini Bottom ini menyimpan kisah pilu yang sangat teramat kelam.
Karakter SpongeBob diciptakan oleh Stephen Hillenburg yang merupakan seorang sarjana biologi kelautan. Banyak yang menyebut, bahwa kisah SpongeBob dan warga di Bikini Bottom terinspirasi oleh Bikini Atoll, bagian dari Marshall Islands di Samudera Pasifik yang dahulu menjadi tempat uji coba bom nuklir pada masa perang dingin.
Sang pencipta, Hillenburg, memang tidak pernah sekalipun menyebutkan hal ini secara langsung. Namun dari berbagai petunjuk yang ditampilkan dalam serial kartun SpongeBob, sepertinya asumsi tersebut memang benar. Salah satunya pentunjuknya dapat dilihat dari footage ledakan bom baker pada 1946 yang ditampilkan dalam episode berjudul Dying for Pie.
Bikini Atoll merupakan sebuah kawasan di wilayah Mikronesia yang masih masuk dalam bagian Kepulauan Marshall di Samudera Pasifik. Posisinya ada di tengah-tengah antara Hawaii dan Papua Nugini. Seperti pulau lain di Mikronesia, kepulauan ini terbentuk dari letusan gunung berapi di dasar laut jutaan tahun lalu. Setelah gunung berapi tenggelam, karang-karang tumbuh dan membentuk laguna yang dikelilingi cincin pulau yang dikenal dengan sebutal atol, Bikini Atoll salah satunya.
Dua ribu tahun lalu, manusia bermigrasi ke Bikini Atoll dengan sampan untuk mencari tempat tinggal hidup baru. Beberapa abad berlalu, mereka akhirnya menetap dan beranak-pinak di kepulauan itu. Mulai pada abad ke-16, banyak pendatang dari luar berdatangan. Tahun 1788, Kapten Inggris yang bernama John Marshall tiba dan menamai kepulauan ini dengan namanya sendiri. Pada 1952 seorang penjelajah Spanyol berhasil mencapai kepulauan ini.
Selama Perang Dunia I (1914-1918), Kepulauan Marshall berada di bawah kekuasaan Jepang yang sebelumnya menjadi koloni Jerman. Di Bikini Atoll Jepang membangun stasiun cuaca dab membangun pangkalan militer besar di Kwajalein dan Enewetak. Penduduk lokal dipaksa membangun benteng militer dan anak-anak diwajibkan pergi ke sekolah untuk belajar matematika dan bahasa Jepang.
Jepang terusir oleh Sekutu setelah menduduki Kepulauan Marshall selama sekitar 30 tahun. Kwajelein dan Enewetak kemudian menjadi pangkalan militer Sekutu. Perang Dingin (1945-1991) membawa bencana lain ke Kepulauan Marshall. Sekutu merancang persenjataan nuklir, Bikini Atoll dipilih sebagai lokasi uji coba. Penduduk lokal dipaksa pegi dari tanah kelahiran leluhur yang telah dihuni selama 2000 tahun terakhir.
Sekutu atau Amerika Serikat membuat program Operation Crossroads setelah kurang dari setahun meledakkan Kota Ngasaki dan Hiroshima di Jepang. Tujuannya adalah untuk mengetahui efek bom nuklir dan radiasi pada kapal laut dan hewan. Hasil riset ini akan digunakan untuk proses mengembangkan ketahanan kapal laut angkatan militer Amerika Serikat.
1 Juli 1946 bom nuklir dijatuhkan di Bikini Atoll. Kapal perang usang yang ketinggalan jaman yang sebelumnya ditempatkan di kepulauan itu hancur. Awan jamur api dan gas berputar naik setinggi 12 km di udara. Berbagai jenis hewan percobaan mati mengenaskan di sini. 25 Juli 1946 bom kedua dijatuhkan di laut Bikini Atoll dan menciptakan kawah raksasa sedalam 61 meter di bawah permukaan air.
Tidak berhenti sampai disitu, bencana nuklir Amerika Serikat masih terus berlanjut pada 1948, serta antara 1946 dan 1958. Ada sekitar 67 bom nuklir yang dijatuhkan. Dari semua bom yang diledakkan, bom nomor 12 adalah yang paling mematikan dan terkenal, kekuatan ledakkannya seribu kali dari bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima. Radiasi nuklir membuat penduduk lokal harus mengungsi lebih jauh lagi dari Bikini Atoll.
Percobaan itu membuat Kepulauan Marshall hancur lebur, baik yang ada di permukaan maupun di bawah lautnya. Tidak ada yang tersisa. Puluhan tahun berlalu, pada 2017 lalu saat tim peneliti dari Stanford University berkunjung ke kepulauan ini, terkhusus Bikini Atoll. Mereka menemukan bahwa kehidupan laut telah pulih dan berkembang secara mengagumkan di kawah-kawah bekas hantaman bom nuklir di Bikini Atoll.