Awal Mula Mengapa Banyak Orang Indonesia Suka Foto Bareng Turis Asing

Kamu sebagai bangsa Indonesia, apakah masih sering mengajak bule berfoto bersama? Jika iya Kamu berarti masih minder dengan budaya yang Kamu miliki

SHARE :

Ditulis Oleh: Faiz Abi

“Orang asing tidak memandang rendah bangsa Indonesia ini. Kita yang merasa lebih rendah dari mereka dan itu yang kita percayai.”

Indonesia terkenal dengan negara yang kaya akan tempat wisata. Dari Sabang sampai Merauke bisa menjadi tempat wisata jika Kamu mau untuk meng-eksplornya. Bukan hanya menjadi tempat wisata masyarakat lokal, namun juga menjadi incaran favorit masyarakat mancanegara. Banyak turis asing yang menyempatkan diri untuk berlibur ke Indonesia karena wisata alam di Indonesia yang terkenal alami dan menarik. Tak hanya dari negara-negara sekitar Indonesia, bahkan ada turis asing yang berasal dari negara Barat yang sering kita sebut sebagai ‘bule’.

Dari sekian banyak destinasi wisata di Indonesia, bule-bule tersebut lebih banyak memilih pantai sebagai destinasi liburannya, dan Bali menjadi salah satu destinasi favorit mereka. Walau tak jarang juga ada yang memilih wisata candi sebagai destinasi liburan mereka. Ketika mereka datang di tempat wisata tersebut, mereka tentunya akan mengabadikan pengalaman mereka dengan mengambil beberapa foto. Tak jarang pula mereka meminta tolong kepada masyarakat lokal yang ada di tempat wisata tersebut. Namun, apakah Kamu sadar bahwa banyak sekali masyarakat lokal yang justru meminta foto bareng bersama bule tersebut? Padahal bule itu bukanlah penyanyi top ataupun pemain film terkenal di Hollywood.

Ketahui hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika Kamu mengajak foto bersama bule dengan klik di sini. 

Turis asing diperlakukan layaknya ‘Superstar’

Bertemu bule. Sumber foto

Bule di Indonesia sering diperlakukan istimewa layaknya superstar. Padahal di negara asalnya, belum tentu mereka adalah orang yang ‘berada’ dan dihormati. Bahkan ketika bule-bule tersebut masuk ke sebuah restoran, pelayanan yang diberikan juga lebih baik daripada pelayanan yang diberikan untuk masyarakat lokal.

Banyaknya tempat wisata di Indonesia bisa menjadi daya tarik bagi bule untuk mendatangi wisata tersebut. Dan Kamu pasti tak jarang melihat fenomena masyarakat lokal meminta foto bersama bule di tempat-tempat wisata yang dikunjungi. Bahkan fenomena tersebut tidak hanya terjadi di tempat wisata saja, ada juga yang meminta foto bareng bersama bule ketika bule tersebut sedang berjalan di tepi jalan raya.

Padahal tanpa Kamu sadari, ketika Kamu meminta foto kepada bule-bule tersebut, bule-bule tersebut mempunyai pandangan sendiri tentang sikapmu itu, walau pada akhirnya Kamu tetap diperbolehkan berfoto bersama dia. Bule-bule tersebut menganggap orang Indonesia adalah orang yang lucu dan unik. Karena sebelum mereka datang ke Indonesia, tidak ada yang pernah meminta foto kepada mereka.

Ada juga yang beranggapan bahwa ketika mereka diajak berfoto, bule tersebut merasa bahwa dia seorang superstar yang berakhir dengan ke-GR-an dari si bule tersebut. Beberapa dari bule yang diajak berfoto bersama orang Indonesia sadar bahwa orang Indonesia melakukan hal tersebut karena perbedaan fisik diantara mereka.

Namun ada yang membuat bule kesal dengan sikap orang Indonesia, ketahui hal tersebut dengan klik di sini.

Jadi, mengapa?

Gaul bareng bule. Sumber foto.

Sekarang, yang jadi pertanyaan adalah, mengapa orang Indonesia memerlakukan bule-bule tersebut seperti itu? Apakah Kamu juga termasuk ke dalam orang-orang Indonesia yang memerlakukan bule seperti superstar? Padahal kita dan bule tersebut sama-sama masyarakat biasa dan tidak terkenal.

Ternyata hal tersebut dikarenakan rasa minder yang melanda masyarakat Indonesia. Rasa minder tersebut dikarenakan kurangnya percaya diri dan ketidaktahuan kita tentang apa yang sudah kita miliki dan warisi dari zaman-zaman dahulu.

Masyarakat Indonesia merasa minder dan merasa ‘wah’ ketika melihat bule karena masyarakat Indonesia tidak tahu akan kekayaan bangsa yang dimiliki. Mereka lebih suka membanding-bandingkan diri sendiri dengan bangsa asing. orang yang suka membandingkan bangsanya sendiri seperti itu, cenderung akan menjadi lebih banyak melihat ke luar daripada menggali ke dalam tentang apa yang telah dimilikinya. Misalnya, penggemar K-POP akan membuat budaya K-POPnya sendiri ke dalam bangsanya, padahal budaya yang telah dimiliki sudah lebih dari budaya K-POP tersebut.

Selain itu, sikap minder juga berasal dari kurangnya pengetahuan yang kita miliki terhadap budaya yang telah kita miliki berabad-abad yang lalu. Bayangkan jika sejak kecil setiap ayah yang ada di Indonesia memperkenalkan wayang. Sekarang mungkin kita tak akan malu dan merasa minder dan bahkan malah akan merasa bangga karena mereka memiliki budaya wayangan. Orang yang tidak sombong dan tidak minder tidak akan menganggap apa yang ada di luar budayanya itu lebih tinggi ataupun lebih rendah.

Awal mula sikap minder ada di Indonesia

Ternyata hal tersebut tidak lepas dari sejarah bangsa Indonesia sendiri. Dari awal Indonesia terbentuk, masyarakat Indonesia sudah mempunyai sikap minder dan tidak percaya pada kemampuan diri sendiri. Ketika Soekarno memimpin Indonesia, Soekarno menyerukan kebenciannya terhadap kolonialis Barat dan menentang keras Barat di Indonesia. Namun sayangnya Soekarno melakukan hal tersebut dengan menggandeng Sosialisme Timur. Tidak bergantung pada Barat, namun bergantung pada Timur.

Soekarno menolak ajaran-ajaran Barat tapi menyuruh pemuda-pemuda Indonesia untuk menuntut ilmu di Moskow tentang buku dari Karl Marx. Akhirnya, setelah selesai mengemban ilmu di Moskow, pemuda-pemuda tersebut menjadi pawang PKI dan Indonesia pada saat itu lebih condong ke Timur.

Sedangkan pada zaman orde baru, zaman Soeharto, secara politik Indonesia memegang politik Gerakan Non Blok (GNB) yang tidak condong ke Barat maupun Timur. Namun secara ekonomi, Indonesia sangatlah condong ke Barat karena waktu itu perekonomian Indonesia sangatlah menyedihkan, sehingga Soeharto harus meminjam uang untuk pembangunan infrastuktur kepada World Bank, IMF, IGGI, maupun CGI. Akhirnya Soeharto terkena permainan ekonomi dari Barat yang mengakibatkan Indonesia mempunyai hutang yang sangat besar. Sampai sekarang, masyarakat Indonesia yang harus menanggung apa yang dilakukan Soeharto pada waktu itu.

Hal tersebut berhubungan dengan sikap minder masyarakat Indonesia terhadap budaya yang dimiliki. Ketika seseorang sudah minder secara pikiran, maka mereka juga akan minder dengan budayanya, apalagi kalau skalanya sudah menjadi sebuah bangsa yang minder?

Lihatlah zaman sekarang, anak-anak muda lebih suka dengan lagu-lagu Barat daripada lagu asli Indonesia seperti dangdut ataupun keroncong. Menurut mereka, lagu-lagu tersebut tidak bisa bersaing dengan lagu-lagu luar, bahkan di negaranya sendiri. Kelemahan inilah yang menjadi sasaran empuk bagi bangsa kapitalis yang akhirnya mereka membuat produk-produk lalu memasarkannya ke Indonesia. Mereka mengerti bahwa Indonesia miskin akan jatidiri dan minder terhadap kemampuannya sendiri. Sehingga masyarakat Indonesia akan meng-iyakan semua apa yang diatur oleh bangsa Barat.

Begitupula ketika kita melihat bule yang berkunjung ke Indonesia, apalagi bule tersebut berkunjung ke daerah asalmu. Kamu akan merasa inferior dan meninggikan bule tersebut karena Kamu minder secara pemikiran dan budaya. Kamu merasa bahwa bule yang datang ke daerahmu tersebut memiliki budaya dan pemikiran yang lebih baik darimu, atau yang lebih parah, Kamu merasa fisik mereka jauh lebih baik dari Kamu. Padahal belum tentu juga apa yang Kamu pikirkan itu benar. Kita sama-sama manusia, tidak seharusnya kita merasa lebih tinggi atau lebih rendah daripada orang lain.

Mulailah bersikap biasa saja, sewajarnya, ketika bertemu bule di daerahmu atau di mana saja. Apakah jika Kamu berkunjung ke negara mereka, Kamu akan dimintai berfoto bersama mereka? Tidak kan?

Jika hal tersebut terus terjadi di Indonesia ini, masyarakat Indonesia tak akan pernah maju karena mereka akan selalu merasa minder dengan budaya-budaya dari luar Indonesia. Memang, mengikuti globalisasi itu penting untuk dapat terus bersaing, namun kita harus pintar-pintar memilih mana yang bermanfaat dan mana yang tidak. Jangan semua di-iyakan saja. 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU