Beberapa waktu lalu tersiar kabar bahwa Bali Utara akan segera mempunyai bandara. Bahkan kabarnya bandara yang akan dibangun di atas laut ini diperkirakan akan menghabiskan dana hingga Rp27 triliun. Uang triliunan rupiah itu kabarnya didapatkan dari kerjasama PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) dengan perusahaan konsorsium asal Kanada dan Timur Tengah menggandeng konsultan investor Airport Kinesis Canada (AKC).
Namun sepertinya Bali Utara harus mengenyam kekecewaan, karena telah dipastikan bahwa Bandara Bali Utara gagal dibangun. Gagalnya pembangunan ini bukan tanpa sebab, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan Bandara Bali Utara gagal dibangun.
Alasan pertama mengapa Bandara Bali Utara gagal dibangun adalah karena faktor sulitnya membangun akses kereta api. Memang cukup sulit untuk membangun jalur kereta di Bali, diperlukan usaha ekstra untuk memotong gunung dan juga tol. Bahkan tak jarang juga harus melewati pantai di sisi kanan dan kiri.
Alasan kedua adalah prioritas pengambangan Bandara Ngurah Rai. Rencananya di bandara ini akan dibuat runway tambahan. Rencananya Ngurah Rai akan memiliki tambahan dua landasan terbang atau runway sehingga bisa mengakomodir lebih banyak pesawat.
Alasan selanjutnya Bandara Bali Utara gagal dibangun masih seputar pada Bandara Ngurah Rai. Luhut Binsar Panjaitan menjelaskan bahwa selain menambah runway, Bandara Ngurah Rai juga akan memiliki tambahan tempat parkir pesawat. Ini menjadi salah satu langkah pengembangan Bandara Internasional Bali Selatan tersebut.
Alasan terakhir mengapa Bandara Bali Utara gagal dibangun berkaitan dengan rencana pembangunan fasilitas jalur kapal Roro dari Pelabuhan Banyuwangi ke Bali Utara. Pembangunan fasilitas ini untuk mengurangi arus mobil yang masuk ke Denpasar, karena wisatawan yang ingin berwisata ke Bali Utara bisa melalui jalur Banyuwangi dengan menggunakan kapal Roro tersebut.