Backpacker Guide : Berkunjung ke Negeri Sakura Jepang

Tips perjalanan bagi kamu yang berencana berkunjung menjelajah negeri sakura, Jepang.

SHARE :

Ditulis Oleh: Vivi Suciana

Foto oleh Vivi Suciana

Memutuskan suatu tujuan perjalanan tentu memerlukan banyak pertimbangan, terutama menuju destinasi yang sudah sangat kita impi-impikan. Begitu juga dengan rencana perjalanan saya ke Jepang kali ini, telah melalui persiapan dan pencarian yang panjang mulai dari meramban di dunia maya kesana kemari hingga mewawancarai beberapa teman yang sudah pernah ke sana sebelumnya.

Kapan waktu yang tepat?

Jepang seperti kita ketahui bersama memiliki 4 musim yaitu musim semi (bulan Maret-Mei), musim panas (Juni-Agustus), musim gugur (September-November) dan musim dingin (Desember-Febuari). Musim semi menjadi musim favorit bagi wisatawan untuk berkunjung ke Jepang karena daya tarik utamanya adalah cherry blossom di mana bunga sakura mulai bermekaran. Sayangnya, umur bunga sakura tidak sepanjang musim, mereka hanya mekar selama musim namun hanya selama satu minggu sepanjang 27 April hingga 6 Mei. Musim favorit bagi wisawatan tentu saja membuat semua biaya baik akomodasi maupun transportasi menjadi meningkat dan sangat ramai pengunjung sehingga memerlukan reservasi jauh-jauh hari sebelumnya. Musim semi dan gugur memiliki suhu yang nyaman bagi kita orang Indonesia karena suhu rata-rata mirip dengan suhu negara tropis, sedangkan musim panas di Jepang memiliki suhu dan kelembaban yang cukup ekstrim serta memiliki potensi angin topan. Namun pada musim ini banyak diselenggarakan festival yang bisa menjadi daya tarik tersendiri. Jika ingin merasakan salju, boleh datang saat musim dingin dan menikmati pengalaman khas Jepang dengan mandi air panas (onsen).

Berapa lama?

Pertanyaan ini disesuaikan dengan lama cuti yang dimiliki, bujet yang disediakan dan berapa kota yang ingin dikunjungi selama di Jepang. Pengalaman saya dalam mengunjungi 2-3 kota sekitar 7-10 hari, sudah cukup memuaskan untuk mengunjungi beberapa interest point yang menjadi andalan di Jepang.

Ke kota mana saja?

Bagi yang pertama kali mengunjungi Jepang, 3 kota ini setidaknya perlu disinggahi yaitu Tokyo, Osaka dan Kyoto. Alasannya, karena setiap kota memiliki ciri khasnya sendiri sehingga bisa mempresentasikan Jepang secara keseluruhan. Tokyo yang merupakan ibu kota Jepang sekaligus menjadi salah satu kota metropolitan dan pusat mode dunia, kita bisa melihat aktivitas manusia modern yang sangat khas dengan kecepatan dan keriuhan suatu kota.

Coba kunjungi daerah Shibuya untuk melihat fenomena “Shibuya Crossing” dimana kita bisa melihat masyarakat Jepang menyeberangi jalan dalam jumlah luar biasa banyak pada saat bersamaan. Sedangkan Osaka -kotanya tidak sebesar Tokyo, tujuan kita untuk melihat budaya keagamaan yang menarik. Di sini terdapat berbagai kuil yang bebas dikunjungi oleh wisatawan untuk menikmati arsitektur dan melihat berlangsungnya proses sembahyang mereka tanpa menganggu jalannya ibadah tentunya. Kuil-kuil ini sekilas terlihat sama namun ternyata berbeda sesuai dengan aliran agamanya seperti Sinto, Zen maupun Buddha.

Kyoto yang ukuran kota lebih kecil lagi, kita bisa melihat Jepang dalam kacamata tradisi tradisional terutama di daerah Gion. Disini kita bisa melihat beberapa orang masih menggunakan kimono sebagai pakaian sehari-hari, melihat arsitektur bangunan Jepang tradisional bahkan bisa bertemu dengan para geisha yang sudah menjadi bagian dari tradisi Jepang sejak abad ke 18. Jika memiliki waktu lebih beberapa kota seperti Nara untuk memberi makan rusa, Hakone untuk melihat Gunung Fuji lebih dekat, atau Toyama untuk menelusuri Pegunungan Alpen-nya Jepang bisa menjadi alternatif lainnya.

Menginap dimana?

Pilihan akomodasi beragam yang ditawarkan di Jepang, mulai dari hotel berbintang hingga hostel dengan berbagai fasilitas dan harga yang ditawarkan. Hostel di Jepang tergolong unik, karena selain model bunk (ranjang susun dalam satu kamar) yang sudah umum, tersedia juga hostel kapsul. Hostel kapsul menawarkan tempat tidur tertutup bersusun seluas 2,5 m x 1,5 m yang di dalam setiap biliknya terdapat lampu dan meja kecil pribadi.

Jika inign menikmati suasana yang “sangat Jepang”, tersedia juga hostel model ryokan dengan interior rumah tradisional Jepang dan beralas tidur futon di lantai tatami. Jika berpergian 5-6 orang disarankan untuk menyewa private room di hostel karena dengan harga yang mirip dengan menyewa per bunk, sudah mendapatkan fasilitas dan kenyamanan yang lebih baik. Selain itu pilihlah lokasi hostel yang dekat dengan stasiun atau halte bis untuk memudahkan mobilitas dan menghemat biaya dalam berkeliling kota.

Mata uang yang harus dibawa

Jepang menggunakan mata uang Yen untuk seluruh transaksi dan tidak menerima mata uang asing seperti dollar Amerika yang cukup populer di negara lain. Sayangnya, di Jepang tidak banyak terdapat money changer, sejauh yang saya perhatikan, saya hanya menemukan gerai money changer ketika di bandara saja. Saran saya sebaiknya kita sudah mempersiapkan uang Yen Jepang dari Indonesia. Tips saya agar tidak terlalu banyak membawa uang cash, sebaiknya penginapan, tiket kereta, ataupun tiket masuk atraksi sudah dibooking dan dibayarkan via online dari Indonesia sehingga uang cash yang kita bawa cukup untuk membiayai makan dan belanja saja.

***

Bagi saya yang menyukai persiapan yang matang dan detail sebelum memulai perjalanan, tentu hal-hal kecil seperti ini menjadi perhatian bagi saya agar semuanya berjalan sempurna. Namun terkadang ketidaksempurnaan perjalanan-lah yang menjadi kejutan dan pengalaman tersendiri.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU