Ketupat adalah kuliner yang tak pernah absen saat perayaan lebaran di Indonesia. Padahal jika diamati sebenarnya hidangan ini juga ada di negara-negara Timur Tengah. Lalu, dari mana sebenarnya asal usul ketupat?
“Menurut cerita rakyat, ketupat itu berasal dari masa hidup Sunan Kalijaga, tepatnya di masa syiar Islamnya pada abad ke-15 hingga 16. Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islaman,” kata sejarawan kuliner sekaligus penulis buku “Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia”, Fadly Rahman, saat dilansir dari travel.kompas.com, Rabu (13/6/2018).
Masyarakat Jawa dan Sunda menyebut ketupat sebagai kupat yang berarti ‘ngaku lepat’ atau mengakui kesalahan. Simbolisasi lain dari ketupat, menurut Fadly, laku papat (empat laku) yang juga melambangkan empat sisi dari ketupat.
Menurut Fadly, ia tak memungkiri kehadiran ketupat berasal dari zaman lampau, yakni zaman Hindu-Buddha di Nusantara. Merujuk pada zaman pra Islam, nyiur dan beras sebagai sumber daya alam sudah dimanfaatkan untuk makanan oleh masyarakat di zaman tersebut. Juga di Bali hingga saat ini menggunakan ketupat (orang Bali menyebutnya tipat) dalam ritual ibadah.
“Secara tertulis dalam prasasti yang diteliti oleh para ahli, tak disebut secara spesifikasi merujuk ke ketupat, tetapi indikasi makanan beras yang dibungkus nyiur sudah dilakukan sebelum masa pra Islam,” kata Fadly dilansir dari sumber yang sama.
Hingga akhirnya tak hanya menjadi identitas Indonesia, tapi negara di Asia Tenggara khususnya Melayu pun mengidentikkan Hari Raya Idul Fitri dengan ketupat.
“Di Islam, ketupat dicocokkan lagi dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga, membaurkan pengaruh Hindu pada nilai nilai ke-Islaman, menjadi akulturasi yang padu antara keduanya,” pungkas Fadly.