Ngeri, Pria Ini Hobi Traveling di Daerah Konflik. Mau Ikut?

Setiap orang pasti memimpikan untuk bisa traveling ke tempat yang cantik dan damai, namun bukan dengan seorang pria asal Inggris bernama Andrew Drury. Ia malah hobi traveling ke daerah konflik yang identik dengan baku tembak dan bahaya untuk bisa memuaskan adrenalinnya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Setiap orang pasti memimpikan untuk bisa traveling ke tempat yang cantik dan damai, namun bukan dengan seorang pria asal Inggris bernama Andrew Drury. Ia malah hobi traveling ke daerah konflik yang identik dengan baku tembak dan bahaya untuk bisa memuaskan adrenalinnya.

Ia lebih memilih pergi ke wilayah Kurdi di Irak yang selalu dipenuhi perang ketimbang datang ke tempat indah dan damai.

Diketahui, ia adalah seorang bos perusahaan kontruksi asal Inggris yang kini usianya menginjak 50 tahun.

Menurut Drury, pertemuannya dengan masyarakat di tempat konflik tidak bisa dilupakan. Ia merasakan keramahan di sana. Salah satu contohnya adalah masyarakat Yazidi di wilayah Kurdi.

“Pertanyaan yang sulit, seberapa besar risikonya? Kau bisa pergi dengan tentara Kurdi berperang di Mosul. Saya ingin bertemu dengan Yazidi lagi, untuk melihat apakah mereka masih hidup,” kata Drury.

Baca juga: Perang Suriah Hancurkan 5 Bangunan Bersejarah

Traveling di daerah konflik sudah Drury lakoni selama 20 tahun

Drury sedang berwisata di daerah perang. (Foto/sbs.com.au)

Memang berbahaya, tapi Drury mengaku telah menjalani hobi berwisata ke tempat konflik selama 20 tahun ini. Ia mengatakan, hasratnya adalah mengunjungi setiap tempat rawan di muka bumi ini.

Kegemarannya ini bermuka ketika ia tak sengaja salah jalan ke perbatasan Republik Demokratis Kango dalam perjalanannya ke Uganda di sebuah taman safari. Saat itu ia harus melintasi daerah perang termasuk dikejar oleh petani bersenjatakan parang.

Meskipun ia merasa ngeri dan ketakutan, namun hal ini justru menjelma menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Drury.

Sejak saat itu, ia pun mulai mengunjungi daerah berbahaya, mulia dari Mogadishu di Somalia, hingga ke daerah pemberontakan di Afganistan.

Dia bahkan pernah mengendap menghindari tentara Rusia di reruntuhan rumah di Chechnya, menyusup diantara militan Ku Klux Klan, bermain golf di Korea Utara, bahkan bermalam bersama suku pembunuh di Myanmar.

Baca juga: 5 Festival Bertema Perang di Indonesia yang Harus Kamu Rasakan Keseruannya

Ditemani sepupu, hingga pergi bertualang sendirian

Drury sedang berada di daerah konflik dan sempat mendapatkan tembakan dari ISIS. (Foto/sbs.com.au)

Awalnya Drury pergi berdua dengan sepupunya, namun beberap tahun terakhir ia selalu bepergian sendirian.

Ia mengaku dapat membuka mata dan bisa berhubungan dengan komunitas lokal. Bahkan ia juga pernah menjadi sponsor tim basket di kota favoritnya, Mogadishu.

“Memang berisiko tapi sangat bernilai. Nilainya adalah kau melihat lebih banyak, belajar lebih banyak. Kau tidak dilahirkan untuk bekerja dari pukul sembilan hingga lima. Kau harus menjelajah dan mengerti dunia tempat kau tinggal,” ujar Drury.

“Orang-orang di Inggris berpikir warga Somalia seluruhnya adalah anggota geng dan pengedar narkoba…tapi tidak orang yang saya kenal. Mereka adalah orang penyayang yang siap mengorbankan nyawa,” tambahnya.

Rencana perjalanan yang matang jadi kunci keselamatannya

Selfie bersama tentara perang. (Foto/sbs.com.au)

Untuk bisa traveling di daerah konflik, ia mempercayakannya pada agen perjalanan yang andal. Tak sembarangan, ia juga meriset setiap lokasi sebelum datang.

Salah satu agen perjalanan wisata berbahaya yang ia gunakan adalah Untamed Borders yang melayani wisata ke negara-negara konflik yang biasanya membutuhkan persiapan berbulan-bulan. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan serangan sekecil apapun.

Kendati memasuki daerah berbahaya, masalah terbesarnya justru bukan ketakutan, tapi keadaan tanpa rasa takut.

“Sekarang saya takut untuk tidak merasa takut. Saya harus tetap takut untuk membuat tetap waspada,” tegas dia.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU