Anton Krotov, Backpacker yang Telah Keliling 86 Negara

Anton Krotov, pria asal Rusia ini memulai perjalanannya sejak tahun 1991. Dari 86 negara yang dikunjungi, ia selalu berusaha meninggalkan jejak. Salah satunya, 'House of Everyone" di Yogyakarta

SHARE :

Ditulis Oleh: Imam AlMahfudz

FOto dari tribunnews

Hidup adalah tentang memilih. Tiap pilihan memiliki risiko masing-masing. Namun mereka yang berani dan mau mengambil risiko tersebutlah yang mampu mengubah hidup

 

Anton Krotov, seorang backpacker muslim asal Moskow ini mulai melakukan perjalanan keliling dunia sejak tahun 1991. Dan hingga saat ini dia telah menjelajahi 86 negara.

Anton adalah seorang yang mencetuskan model traveling tanpa uang dengan caranya yang ekstrim. Dalam bukunya yang berjudul “Practice Of Free Travels”, Anton mencetuskan gaya traveling (nyaris) tanpa uang dan telah ia buktikan sendiri.

Inilah kilasan kisah Anton Krotov saat menjelajahi 86 negara;

 

Siapapun bisa bertualang, asal telah mempersiapkan mental sebelumnya

Pengalaman yang menurut Anton paling berkesan adalah ketika ia pertama kali memutuskan untuk menjelajahi daratan Uni Soviet yang luasnya hampir 2/3 luas bumi tersebut hanya dengan membawa uang 60 sen dan menjelajahi bekunya dataran hanya dalam waktu 2 bulan.

Dalam perjalanan, ia sering minta tumpangan pada setiap kendaraan yang dia temui, mulai dari motor, mobil,truk, hingga kendaraan pengangkut barang pasar dan ternak.

Satu yang unik, meski Anton mengaku tak banyak menguasai bahasa di berbagai negara namun satu kalimat yang paling Anton kuasai adalah  “Saya tidak punya uang” yang telah ia terjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.

 

Buka mata, buka telinga

Ciri khas seorang Anton Krotov adalah dia hobi menjelajah negara-negara ‘tak populer’ karena ia ingin menyaksikan sendiri realita yang ada, tak sekadar percaya pada media. Dan hasilnya? Ia melihat apa yang diberitakan oleh media-media berbeda jauh dengan keadaan aslinya.

Semisal kondisi di Somalia, Angola, Sudan, Madagaskar, Afghanistan, Pakistan, Tajikistan serta negara-negara lain yang dianggap terbelakang dan memiliki tingkat kriminalitas tinggi justru diakui Anton sebagai negara sangat ramah dan penuh dengan tempat-tempat menarik.

Anton membukukan pengalamannya dalam sebuah buku dan mempublikasikannya ke berbagai bahasa sebagai bentuk ‘koreksi’ atas apa yang diberitakan media.

Sayangnya saat dicek di sini, buku Anton Krotov sudah tidak tersedia.

 

Menjadi saksi budaya yang mulai terkikis

Foto dari museum.perm

Sebagai seorang traveler yang telah mengunjungi berbagai negara di dunia, Anton Krotov telah menyaksikan sendiri keunikan budaya di berbagai dunia, begitu juga dengan pergeserannya seiring zaman yang makin modern.

Ia bercerita, keaslian budaya di Afrika, Timur Tengah dan Asia, tak terkecuali Indonesia, kian terkikis sejak internet dan smartphone merajalela. Anton mengaku, negara-negara tersebut mulai terkesan materialistis dan tak lagi mementingkan budaya leluhurnya yang mulai luntur.

 

Terus belajar dari pengalaman

Foto dari Backpacker Magazine

Perasaan takut tentunya selalu ada ketika hendak mengunjungi tempat asing yang belum pernah kita kunjungi. Begitupun dengan Anton.

Berawal dari kenekatannya, ia mulai membuat sebuah materi kurikulum yang berisikan tips traveling tanpa modal yang ia ajarkan di setiap kesempatan mengunjungi sebuah negara. Anton mengaku sebelum mendatangi sebuah negara, hal utama yang perlu ia siapkan adalah membuat 20 kartu yang bertuliskan pertanyaan petunjuk penting seperti tempat makan, penginapan dan lain-lain. Di balik kartu tersebut telah tertulis pertanyaannya dalam bahasa Rusia yang Anton pahami.

Setelah menjelajahi berbagai negara, Anton mengaku mampu membaca peta lebih akurat bahkan mampu mengoreksi kesalahan sebuah peta, seperti kesalahan pada perbatasan wilayah Afrika dan Timur Tengah. Anton bahkan menggambar sebuah jalan baru yang tidak dia temukan dalam peta.

 

Mendirikan House of Everyone d Yogyakarta

Foto oleh Salimun Abenanza

Di beberapa tempat yang telah dikunjungi, Anton Krotov berusaha meninggalkan ‘jejak’. Ia membangun sebuah rumah bernama House of Everyone. Anton mendirikan rumah ini di sejumlah negara seperti di Madagaskar, Meksiko, Rusia dan di Indonesia yakni di Yogyakarta.

House of Everyone didirikan untuk tempat tinggal bagi para pelancong di negara tersebut di mana tiap pelancong boleh menginap tanpa membayar.

House of Everyone yang berada di Yogyakarta beralamat di sebelah selatan Stasiun Lempuyangan. Rumah ini berwujud seperti rumah kontrakan dengan beberapa kamar berukuran besar. Di dindingnya tertempel foto-foto para pelancong dari berbagai negara. Ada juga peta-peta berbagai pulau di Indonesia, peta dunia, sampai foto presiden RI dan para menteri. Hampir semua tulisan dan pemberitahuan di rumah ini ditulis dengan huruf bahasa Rusia, meski kemudian ada juga yang diterjemahkan ke Bahasa Inggris.

Umumnya para pelancong yang singgah di sini adalah mereka yang sudah melakukan traveling bertahun-tahun.

 

***

Satu yang dapat dipelajari dari seorang Anton Krotov adalah, hidup adalah tentang memilih. Tiap pilihan memiliki risiko masing-masing. Namun mereka yang berani dan mau mengambil risiko tersebutlah yang mampu mengubah hidup.

Anda bisa mengikuti perjalanan Anton Krotov di blog pribadinya (bahasa Rusia) di sini.

 

Baca juga:

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU