Kini mendaki menjadi salah satu kegiatan paling digemari oleh banyak kalangan. Tua, muda, wanita, pria semua mulai menggeluti hobi yang bisa dibilang cukup esktrem ini. Sayangnya masih banyak yang tak paham akan pentingnya memperkirakan cuaca dan kondisi lingkungan saat sebelum melakukan pendakian gunung. Akibatnya tak sedikit pendaki yang tersesat atau cedera karena terhempas cuaca buruk, badai atau kabut tebal saat berada di gunung.
Itulah mengapa penting bagi setiap pendaki gunung untuk memahami cuaca. Paling tidak sebelum mendaki gunung para pendaki sudah harus paham kemungkinan yang terjadi, dengan melihat atau membaca prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG atau pihak-pihak yang terkait.
Sebenarnya jika para pendaki memahami, antara bulan Desember hingga Januari bukanlah waktu yang tepat untuk mendaki gunung. Alasannya?
Bagi pendaki yang paham bahasa Jawa pasti sudah paham bahwa Desember memiliki makna gedhe-gedhene sumber, yang artinya bulan di mana hujan turun dengan sangat besar. Hal ini bukan semata-mata ungkapan bahasa Jawa, melainkan memang betul adanya. Desember merupakan salah satu bulan yang memiliki curah hujan sangat tinggi hingga masuk ke bulan Januari.
Jika melihat pada prakiraan cuaca BMKG pun dapat dilihat bahwa hampir di seluruh bagian Indonesia masih memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu bulan Desember hingga memasuki Januari bukanlah waktu yang tepat untuk melakukan pendakian. Hal ini karena hujan yang lebat dapat meningkatkan resiko kecelakaan. Mulai dari jatuh ke jurang karena jalanan licin, jarak pandang yang terbatas hingga menyebabkan tersesat, tersambar petir seperti kasus di Gunung Prau atau juga resiko longsor di jalur pendakian.
Curah hujan yang tinggi ditambah dengan kecepatan angin yang tinggi akan memicu terjadinya badai di gunung. Beberapa waktu lalu bahkan ada beberapa badai yang terekamoleh kamera pendaki yang sedang melakukan pendakian gunung. Tak tanggung-tanggung badai yang menyerang pendaki ini bahkan memiliki kecepatan angin yang sangat kencang hingga dapat merusak tenda pendaki. Berikut adalah salah satu badai yang sempat terekam kamera pendaki.
Badai ini terekam di shelter 3 Gunung kerinci pada tanggal 27 November 2017. Selain di Kerinci beberapa badai juga sempat terekam di Gunung Sumbing, Gunung Sindoro dan juga Gunung Merbabu. Badai juga masih memungkinkan terjadi melihat prakiraan kecepatan angin dan curah hujan yang diluncurkan BMKG masih berada di angka yang cukup tinggi. Untuk itu bagi para pnedaki yang ingin melakukan pendaki gunung akan lebih baik rasanya untuk menunda sementara waktu.
Mendaki tentu tak jauh-jauh dari tujuan untuk menikmati pemandangan alam ciptaan Tuhan yang luar biasa indah dan mengagumkan. Sayangnya di bulan Desember hingga Januari sangat kecil kemungkinan untuk bisa menikmati pemandangan tersebut dengan maksimal. Cuaca yang buruk akan membuat gunung lebih sering hujan dan tertutup kabut. Alhasil pemandangan indah yang diidam-idamkan pun akan sirna.
Akan lebih baik untuk bersabar menunggu cuaca kembali membaik. Sehingga segala kelelahan saat mendaki akan terbayar begitu bisa sampai di puncak. Bukankah tak ada salahnya bersabar sejenak untuk mendapat hasil yang jauh lebih baik? Lagi pula mendaki saat curah hujan sedang tinggi-tingginya juga hanya akan menambah beban. Sebab peralatan dan kebutuhan pendakin gunung akan lebih ekstra dari biasanya.
Para pendaki tentu masih ingat duka kelam di Gunung Prau dimana 11 pendaki dinyatakan tewas akibat tersambar petir. Meski bukan sepenuhnya kesalahan manusia, namun setidaknya sebagai pendaki harusnya kita tahu bahwa cuaca adalah hal yang sangat penting diperhatikan dalam sebuah pendakian. Meskipun pendaki tetap nekad ingin melakukan pendakian, paling tidak mereka sudah paham di mana akan berlindung saat badai menyerang atau saat petir mulai berdatangan.
Namun akan lebih bijak jika pendaki mau bersabar sejenak kepada alam. Biarkan hujan terus datang, badai silih berganti, namun pada akhirnya gunung akan tenang kembali untuk bisa didaki. Toh gunung tak akan pernah lari dan tak akan pernah berpindah diri, jadi untuk apa terus memaksakan diri melakukan pendakian gunung saat cuaca tidak menjamin keselamatan diri sendiri? mencintai gunung boleh, tapi mencintai dengan kebodohan jangan. Sebab nyawa kita terlalu sayang untuk meregang di gunung!