Mendaki tanpa ilmu dan logistik memadai bagai serdadu yang turun ke medan perang tanpa senjata
Dunia pendakian Indonesia berduka. Sebelas pendaki tersambar petir di Gunung Prau, Wonosobo pada Minggu (23/4) sekitar pukul 15.00 WIB. Dari 11 pendaki tersebut, 3 meninggal dunia, 2 terluka dan 6 lainnya tak mengalami luka berarti. Adapun korban meninggal adalah Deden Hidayat Maulana (31) warga Jalan Benang VI Nomor 44, Sukma Jaya, Depok serta Aditya Agung (30) dan Adi Setyawan (31) masing-masing warga Jalan Cipinang Muara 2, Duren Sawit, Jakarta Timur. Menurut saksi, rombongan pendaki asal Jakarta tersebut tersambar ketika berada di dekat tower yang ada di Gunung Prau.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah Djarod Padakova membenarkan kabar berita tersebut.
“Korban sudah dievakuasi oleh petugas gabungan dengan bantuan masyarakat setempat ke Rumah Sakit Setjo Negoro Wonosobo,” terang Djarot.
Kabar tentang 11 pendaki tadi tentu jadi pembelajaran buat kita yang hobi ngabisin waktu di alam bebas. Penting untuk membekali diri dengan ilmu dan pengetahuan yang cukup seputar ilmu bertahan di alam, termasuk dalam kondisi ekstrem seperti hujan petir.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan kalau menghadapi situasi semacam itu:
Waspada dengan gejalanya
Badai petir biasanya terjadi di sore hari (biarpun sebenarnya nggak menutup kemungkinan terjadi di pagi atau siang, tapi sore merupakan waktu paling rawan).
Kalau Kamu udah melihat awan pekat yang diiringi guntur dan cahaya petir Kamu perlu segera menemukan pos atau shelter perlindungan. Ingat, jangan berada di daerah terbuka seperti puncak, padang rumput atau punggung punggung yang terbuka, ya! Kalau memungkinkan, bergeraklah ke lembah yang memiliki banyak lekukan.
Ketahui jarak petir
Untuk menciptakan perimeter atau posisi aman, Kamu mesti mengetahui jarak petir. Begini rumusnya:
Hitunglah berapa jumlah detik diantara munculnya cahaya kilat dan bunyi guruh kemudian bagilah dengan angka 5. Hasil pembagian akan memberi Kamu jarak kasar dalam mil (1 mil=1,609 km). Jika jaraknya 6 mil ( 9,654 km) atau kurang, berarti ada berada dalam zona sambaran petir.
Rumus 30 detik/30 menit berikut juga dapat membantu.
Jika suara guntur terdengar kurang dari 30 detik setelah timbulnya cahaya kilat, Kamu harus segera menemukan tempat berlindung. Tinggalah di pos atau shelter selama 30 menit setelah kamu mendengar gemuruh guntur yang terakhir.
Tinggalkan ransel yang berisi benda logam
Nggak usah mikir harta benda dulu, ini darurat! Segera lepas dan tinggalkan untuk sementara ikat pinggang logam, perhiasan logam atau ransel yang berisi benda-benda logam dengan jarak setidaknya 100 kaki dari posisi Kamu. Buat pendaki cewek, pemakaian bra yang memiliki kait logam juga memiliki potensi bahaya. Perlu diingat bahwa ritsleting pakaian juga sangat potensial disambar petir.
Trik menghalangi posisi petir
Jika petir udah terlanjur muncul dan Kamu belum mendapatkan tempat berlindung, cobalah trik menghalangi posisi petir ini.
Berjongkok rendah ke arah mata kaki dan rapatkan kedua kaki. Lalu. cobalah untuk meminimalkan ukuran tubuhmu. Jangan biarkan bagian tubuh lainnya melakukan kontak dengan tanah. Konsisten dengan posisi itu. Tutup matamu, jongkokkan kepala sambil menutup telinga.
Segera menyebar dari kelompok
Kalau Kamu lagi bersama kelompok terperangkap di area datar selama petir berlangsung, segeralah menyebar. Setiap orang dalam kelompok harus menyebar terpisah dalam jarak 50 hingga 100 kaki. Ini adalah prinsip mitigasi atau penanganan bencana. Artinya jika salah satu dari kalian tersambar petir, akan ada orang lain yang dapat membantu.
Jika petir berlalu dan ada yang tersambar, segera bertindak cepat. Korban aman untuk disentuh, yang mana tak ada lagi residu listrik yang tersisa. Jika korban tidak bisa bernapas, segera beri napas buatan (CPR). Periksa bagian tubuh yang terkena luka bakar, terutama di bagian tubuh mana dia memakai logam. Jaga suhu tubuh korban agar tetap hangat dan bila cuaca kembali cerah segera cari bantuan ke lokasi petugas pos perlindungan.
***
Baca tips bertahan hidup di alam lainnya di sini: