Indonesia memiliki keindahan alam yang luar biasa, mulai dari gunung hingga bawah lautnya. Tapi, jika melihat antusias wisatawan lokal, mereka lebih menyukai dunia pendakian daripada menjelajahi kehidupan bawah laut.
Foto ramainya pendakian ini menjadi bukti betapa boomingnya dunia pendakian di masa sekarang ini.
Tapi, tahukah kamu apa alasan wisatawan lokal mencintai dunia pendakian daripada dunia pantai?
Tahu Sacha Stevenson? Bule yang sudah lama tinggal di Indonesia ini pernah merasa aneh dengan kebiasaan orang Indonesia yang selalu pakai jaket ketika matahari sedang panas benderang, padahal jika dipikir-pikir jaket membuat suhu panas bertambah, namun demi kulit putih hal ini dilakukan oleh orang Indonesia.
Orang Indonesia berpikir bahwa kulit hitam diakibatkan oleh suhu yang panas di suatu tempat, seperti pantai atau laut. Mereka berpikir bahwa Gunung yang bersuhu dingin tidak akan membuat kulit mereka hitam, sehingga lebih banyak orang Indonesia yang mencintai dunia pendakian daripada dunia pantai.
Pantai dan Gunung memiliki level tantangan yang berbeda. Naik gunung identik dengan perjalanan jauh naik turun bukit untuk bisa sampai ke titik tertinggi sebuah gunung, tantangannya lebih banyak jika dibandingkan dengan datang ke pantai. Kalau kata orang Jawa, ‘bayi wae iso mplaku tekan pantai‘.
Karena itulah, banyak orang Indonesia merasa bangga jika sudah pernah sampai ke puncak suatu gunung ketimbang ke pantai.
*bayi wae iso mplaku tekan pantai=anak kecil saja bisa jalan kaki sendiri ke pantai (bahasa Indonesia)
Sekilas, semua pemandangan pantai memang sama. Namun, bagi pecinta pantai, setiap pantai memiliki banyak perbedaan, mulai dari dari mana arah mata hari terbit, hingga biota apa yang hidup di sana. Beberapa pantai memiliki plus minusnya masing-masing.
Namun, dari awal orang Indonesia melihat pantai sebagai suatu tempat yang tidak menarik, mulai dari suhu panasnya, hingga bahkan ada yang takut dengan hiu atau malah buaya yang tidak hidup di air laut.
Dari sekian pendakian yang pernah saya lakukan, saya selalu menemui para pria yang mengajak gebetan mereka untuk naik gunung. Tidak tahu alasannya, tapi kebanyakan mereka ‘modus’ agar bisa lebih dekat dengan gebetan mereka dan tahu sifat aslinya.
Sadar atau tidak, sebenarnya kepribadian seseorang bisa dilihat dari cara mereka naik gunung. Jadi, mendaki bukan hanya bisa mengukur ketahanan fisik seseorang, namun para pendaki juga bisa melihat sifat seseorang dari cara mereka menikmati perjalanan selama mendaki gunung.
Modus jarang ditemui di Pantai, karena menikmati pantai identik dengan waktu yang singkat (jika tidak camping).
Gunung identik dengan tempat tinggi dan tak banyak orang yang bisa menjangkaunnya, pendaki beranggapan bahwa gunung adalah tempat yang damai untuk menenangkan pikiran berbeda dengan pantai.
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak orang juga ingin merasakan kedamaian. Meskipun saat ini gunung menjadi tempat yang ramai seperti pasar, namun kebanyakan orang masih percaya bahwa gunung merupakan tempat untuk menemukan kedamaian.
Olahraga pantai sangatlah banyak, mulai dari snorkeling, diving, surfing, dan masih banyak lagi yang lainnya. Untuk bisa mencobanya, setidaknya wisatawan harus sewa alat-alat dengan harga mahal, belum lagi kemampuan berenang yang baik membuat banyak orang Indonesia tidak begitu tertarik dengan dunia pantai.
Berbeda dengan dunia pendakian yang hanya bermodalkan fisik saja.
Sebenarnya, banyak sekali keseruan yang disajikan di pantai dan laut Indonesia, namun tak semua orang sadar dengan keseruan dan keindahannya.
Bagi kamu yang mencintai dunia pendakian, cobalah untuk sedikit melirik keindahan pantai dan luat Indonesia agar dunia tahu, Indonesia bukan hanya memiliki gunung yang asri, namun juga keindahan alam bawah lautnya.