Beberapa waktu belakang, Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur 2 (KLIA 2) jadi sorotan banyak media Malaysia lantaran seorang turis asal Syria ketahuan telah tinggal di Bandara KLIA 2 selama 37 hari.
Diketahui, salah satu alasan mengapa Kontar tinggal di bandara karena dia takut dipenjara pihak imigrasi Malaysia dan menolak panggilan dinas militer negaranya. Seperti yang dikutip dari theguardian, Kontar membutuhkan solusi dan tempat aman untuk berlindung. Sedangkan kondisi Syria saat ini tak mungkin untuk ditempatinya.
“Saya tidak tahu harus berkata apa atau apa yang harus dilakukan. Saya butuh solusi, saya butuh tempat aman di mana saya bisa secara hukum, dengan pekerjaan, ”
“Suriah tidak mungkin, bahkan jika saya tinggal di sini selamanya. Saya tidak ingin menjadi bagian dari pertarungan, saya tidak ingin membunuh siapa pun. Saya juga tidak ingin dibunuh. Itu bukan perang saya. ” tutur Kontar
Melansir dari theguardian.com pada Jumat (13/4), pria Syria bernama Hassan al-Kontar telah menghabiskan waktunya selama sebulan tidur di bawah tangga dan mandi di toilet KLIA 2.
Untuk urusan mencuci baju, Kontar memanfaatkan toilet untuk penyandang disabilitas saat tengah malam, ketika tak banyak orang yang akan menggunakan. Namun, hasil cuciannya tak bisa benar-benar bersih.
Sedangkan untuk masalah perut, dia memilih membeli McDonald atau meminta bantuan petugas kebersihan membawakan kopi atau pun nasi ayam di pesawat. Namun, untuk jasanya itu, Kontar harus membayar 10 ringgit atau setara 35 ribu rupiah.
Hidup selama sebulan di bandara tanpa pendapatan, membuat Kontar mengeluarkan banyak uang. Dia pun mengaku sudah tak banyak uang yang disimpan.
Sejak terdampar di bandara, Hassan telah mendokumentasikan waktunya KLIA 2 dengan mengunggah video ke Twitter dan mengirim e-mail ke berbagai kelompok hak asasi manusia untuk meminta bantuan. Sayang, upayanya pun tak menghasilkan solusi.
Masih banyak kisah serupa seperti yang dialami Kontar. Dia mengatakan bahwa saat ini, warga Syria merasa telah ditinggalkan dan tak peroleh belas kasihan.
“Itu bukan hanya masalah saya. Ini masalah ratusan orang Suriah yang merasa mereka dibenci, ditolak, tidak diinginkan, lemah, kesepian, ”ungkap Kontar seperti dikutip dari theguardian.com
Setelah kasus ini beredar di media luas, Wakil Direktur Asia di Human Rights Watch, Phil Robertson, meminta Malaysia untuk memberikan akses penuh kepada badan pengungsi PBB ke Kontar untuk menyelidiki statusnya sebagai pengungsi. Sementara itu, Malaysia juga diminta untuk membantu Kontar dan jangan menahannya.