Bandung mempesona!
Mulai dari tatanan kota, budaya, dan orang-orang kreatif di belakangnya. Itu membuat saya begitu tertarik untuk mempelajarinya.
Sebuah kebetulan, saya bisa mempunyai teman yang berasal dari Bandung. Malam itu teman-teman kerja mengadakan makan malam bersama. Usai makan malam, kami tidak lekas pulang. Kekenyangan menjadi alasan untuk kami berlama-lama sambil menghabiskan malam.
‘Ajarin aku bahasa Sunda dong!’ Biar kekinian bisa ngomong sama bahasa Sunda.’ Sambil memutar-mutar sedotan saya memasang muka kasihan padanya.
Berikut hasil obrolan santai selepas makan dengan Nugraha Fathorrahman, seorang yang dilahirkan dan dibesarkan di Bandung.
Penggunaan kata ‘mah’ dan ‘atuh’ adalah untuk penguat kalimat yang ada di dalam bahasa sunda.
Contoh :
Mah = ‘Urang mah can ngerjakeun PR.’
Atuh = ‘Urang mah apa atuh?’
Teh = ‘Leres abdi teh urang bandung.’
Tiga huruf vokal yang perlu dipahami agar tidak salah pengucapan adalah e, é, dan eu.
Kecap dan kécap adalah kalimat yang sama namun adanya penggunan e dan é bisa merubah arti dari kata tersebut. Kecap = kalimat, sedangkan kécap artinya saus hitam terbuat dari kedelai hitam.
Kata lain yang menggunakan é adalah saré, hapé, béja, émber, banténg. Kata lain yang menggunakan e adalah peti, semir, kendi, kembang.
‘Bapa atos saré.’ (Bapak sudah tidur.)
‘Sendal abdi kamana?’ (Sandal saya kemana?)
Untuk huruf vokal ‘eu’. Contohnya ngerjakeun, hareup, anjeun, seuneu, reungit, baeud, haseum, leumpang.
Untuk orang awam, mereka akan sangat susah untuk melafalkan huruf ‘eu’. Selain orang Sunda, banyak dari mereka akan mengucapkan ‘ngerjaken’ dan meleburkan huruf u. Dalam bahasa Indonesia sendiri tidak ada pelafalan seperti ini.
Kebanyakan dari orang sunda asli tidak bisa menggunakan huruf ‘v’ dan ‘f’ dengan benar walaupun menggunakan bahasa Indonesia sekalipun.
‘Lalajo pilem naon poe ieu?’ (Nonton film apa hari ini?)
Ketika orang Sunda menemukan huruf z pada kalimat, mereka akan menggantinya dengan huruf ‘j’.
Contoh: ‘Geus jakat pitrah can?’ (Udah zakat fitrah belum?)
Orang Sunda sering menambahkan ketiga awalan tersebut di depan kata. Hal ini menunjukkan memudahkan orang Sunda dalam mengutarakan maksud kepada orang lain.
Contoh: ‘Aya cai nginum?’ (Ada air minum?)
‘Nyuhunkeun artos ka bapa.’ (meminta uang ke Bapak)
Kamu akan bisa lebih menguasai bahasa tersebut ketika kamu memiliki pasangan berasal dari Sunda asli. Hidup bersamanya akan membuat kamu akan semakin sering mendengar bahasa tersebut. Dia tak akan sungkan untuk mengajarimu dari hal terkecil sekalipun sampai kamu benar-benar menguasainya.