Buraq merupakan hewan mitologi yang berasal dari tengah yang konon menjadi kendaraan Nabi Muhammad SAW saat Isra Mi’raj dari Masjid Haram menuju Masjidil Al-Aqsa. Secara etimologi, Buraq berasal dari Bahasa Arab yaitu البراق, al-burāq yang bermakna cahaya atau kilat. Penamaan Buraq mengacu pada kemampuannya yang disebut-sebut dapat berlari secepat kilat.
Secara fisik, Buraq dipercaya memiliki wujud seperti seekor hewan dengan ukuran tubuh lebih kecil dari Bagal namun lebih besar dari Keledai. Wujud Buraq digambarkan dalam Hadist riwayat Anas bin Malik, Rasulullah SAW mengatakan bahwa Buraq berwarna putih dan panjang dengan kaki yang dapat melangkah sangat cepat sejauh mata memandang.
Melukis bentuk yang menyerupai figur makhluk hidup merupakan sesuatu yang diharamkan dalam Agama Islam. Oleh karena itu, banyak seniman muslim yang memilih Buraq sebagai objek di berbagai karya seni. Para seniman melukiskan Buraq sebagai binatang berkaki empat dan berkepala perempuan dengan paras yang rupawan.
Lukisan tentang Buraq banyak dijumpai dalam ilustrasi-ilustrasi sampul buku di Persia pada abad pertengahan. Setelah Islam menyebar ke wilayah Hindia dan Asia Tenggara, kepercayaan tentang Buraq turut mempengaruhi perkembangan karya seni lokal. Pahatan hingga lukisan Buraq ditemukan di makam-makam para wali dan ulama besar.
Buraq bahkan memiliki perayaannya tersendiri di Padang Pariaman dalam Festival Tabuik. Festival Tabuik merupakan perayaan keagamaan untuk memperingati peristiwa Karbala saat cucu Rasulullah SAW yakni Hussein bin Ali dibantai secara keji oleh tentara Yazid. Pada peristiwa tersebut dipercaya Buraq muncul untuk menjemput ruh Hussein bin Ali.
Tidak banyak diketahui bahwa awal mula berkembangnya mitos tentang Kuda Sembrani bermula dari kepercayaan tentang Buraq. Sultan Agung yang memerintah Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-17 diketahui mempunyai seekor Kuda Sembrani yang sering mengantarkannya ke Makkah untuk Sholat Jumat. Kuda Sembrani digambarkan berwujud seperti kuda dengan sayap yang dapat terbang, mirip dengan Pegasus dalam kebudayaan Asyiria, Yunanai, Eurasia, dan Asia Tenggara.