Fenomena langka membekunya kawasan wisata Dieng sontak menjadi sorotan publik. Dilansir Detik, suhu dataran tinggi Dieng pada Jumat (6/7) dini hari mencapai 5 derajat celsius. Suhu yang rendah inilah yang memicu turunnya embun es Dieng.
Fenomena ini disambut warganet dengan antusias. Tak sedikit yang penasaran melihat keindahan ‘Dieng bersalju’ yang konon bak permata berkilau saat tertimpa cahaya matahari.
Keberadaan fenomena langka ini digambarkan layaknya sensasi negeri empat musim yang tertutup salju.
Namun tahukah Anda, dibalik keindahan fenomena alam ini, terdapat pisau bermata dua disebaliknya. Fenomena ini rupanya sangatlah merugikan para petani, terutama petani kentang.
Sebab itu, embun es Dieng oleh masyarakat lokal disebut Bun upas, atau embun beracun.
Embun es disebut embun beracun atau Bun upas bukan lantaran dapat mematikan manusia atau hewan. Embun tersebut berbahaya bagi tanaman kentang dan sayuran petani Dieng.
Fenomena embun es Dieng hampir selalu disertai dengan rusaknya tanaman kentang milik para petani. Namun terdapat skala yang berbeda pada masing-masing dampak yang ditimbulkan.
Kadang berdampak kecil dan meliputi kawasan tak terlampau luas, lain waktu berdampak signifikan dan berskala luas.
Pada tahun ini, feomena embun es di dataran tinggi Dieng telah muncul dua kali. Pertama terjadi pada dasarian kedua Juni, adapun yang kedua muncul pada Jumat (6/7/2018) lalu.
Embun es Dieng pada Juni silam memang tak begitu memiliki dampak yang besar. Hal ini dikarenakan embun-embun tersebut tipis dan hanya terjadi di spot-spot tertentu.
Namun, fenomena kedua yang baru saja terjadi akhir-akhir ini, berakibat fatal. Puluhan hektar tanaman kentang petani Dieng rusak.