Beberapa pekan lalu, Benjamin Ladraa, seorang pria asal Swedia yang gemar melakukan petualangan ini viral setelah lakukan aksi berjalan kaki dari Swedia ke Palestina tunjukkan solidaritas kepada rakyat Palestina.
Benjamin melaksanakan aksi ‘gila’nya ini semenjak 5 Agustus 2017. Ia telah menempuh perjalanan sejauh 48.000 kilometer dengan berjalan kaki seorang diri.
Kamis (5/7), Ladraa tiba di garis perbatasan Yordania-Yerusalem. Di sana, ia ditahan dan diinterogasi selama enam jam, sebelum ditolak masuk. Penjaga perbatasan menuduhnya berbohong dan menuduhnya akan pergi ke desa Palestina Nabi Saleh dan mengorganisir protes.
Meskipun perjuangan Ladraa harus terhenti di garis perbatasan, bukan berarti ia langsung patah arang. Usai ditolak petugas, Ladraa menghabiskan waktunya di Yordania mengunjungi kamp-kamp pengungsi Palestina seperti yang dilakukannya di Lebanon.
Awal pekan ini, dia mengunjungi kamp pengungsi Irbid dan bertemu dengan orang Palestina yang dipaksa keluar dari rumah mereka pada tahun 1948. Dia juga mengunjungi rumah sakit setempat di mana warga Gaza, yang terluka dalam protes terakhir sedang dirawat.
Selama perjalanan panjangnya, Benjamin hanya membawa ransel dengan perlengkapan camping, bekal makanan, dan bendera Palestina. Tak lupa, dia pun membagikan foto-foto perjalanan melalui akun sosial medianya.
Namun, niat tulus Benjamin pun tak selamanya berjalan mulus. Berkali-kali dia harus dicegat polisi, digeledah dengan kasar, dan ditodong. Bahkan, saat berada di Jerman, seorang polisi menodongkan pistol di kepalanya dan peroleh perlakuan tak mengenakan.