9 Hal Sepele di Jepang Namun Paling Dirindukan

Ketika banyak yang merindukan berbagai kecanggihan Jepang, saya malah merindukan hal-hal remeh di sana.

SHARE :

Ditulis Oleh: Relinda Puspita

Foto dari sandalroad

Ketika banyak yang merindukan kecanggihan toilet, kecepatan internet, dan kepraktisan moda transportasi di Jepang, saya malah merindukan sembilan hal yang kesannya remeh, tapi hanya bisa dialami selama di Jepang.

1. “Sumimasen”, “Konnichiwa”, “Arigatou”

Ketiga kata ini adalah kata-kata wajib dan sakti selama di Jepang karena pasti sering didengar dan dipraktikkan. Konnichiwa biasa diucapkan ketika menyapa pada siang hari, dan ketika ingin bertanya sesuatu kepada orang yang tidak dikenal ada baiknya diawali dengan sumimasen. Selain berarti permisi, sumimasen juga mengandung arti maaf. Misal, ketika secara tidak sengaja bersenggolan dengan orang di dalam kereta, orang Jepang pasti akan saling meminta maaf. Lalu, arigatou yang harus diucapkan kepada siapa saja yang telah berbuat baik kepada kita, bahkan supir bus pun mengucapkannya pada setiap penumpang yang turun.

2. Uang kertas yang bersih dan rapi

Selama di Jepang, saya memang tidak pernah menerima uang kertas dalam kondisi lecek dan ada coretan, semuanya bersih dan rapi seperti uang baru.

Saya pernah ditegur oleh petugas di stasiun ketika sedang menanyakan sesuatu dari balik loket, setelah memberi jawaban dia mengulurkan tangan meminta uang yang saya pegang. Entah dia bilang apa, tapi dari nada bicara dan tindakannya yang merapikan uang yang tadi saya pegang, lalu menyerahkannya kembali, nampaknya dia ingin memberi tahu, ‘jangan biarkan uangmu dalam kondisi lecek‘.

3. Handuk kecil basah di tempat-tempat makan

Selain buku menu dan segelas air dingin, gulungan kecil handuk basah atau sebungkus tisu basah adalah hal yang diberikan oleh pelayan restoran di Jepang. Kebanyakan warnanya putih, dan fungsinya untuk membersihkan tangan sebelum dan sesudah makan, tentunya, tapi juga nggak masalah kalau dipakai untuk membersihkan mulut dan mengelap meja yang terkena tumpahan makanan.

4. Nampan kecil di meja kasir

Setiap melakukan pembayarang dan menerima uang kembalian, orang Jepang tidak akan menyerahkannya langsung kepada kasir, begitu juga kasir kepada konsumennya. Uang yang kita beri dan kita terima haruslah diletakkan di dalam nampan kecil yang tersedia di meja mereka. Saya sering kelupaan dan menyerahkan uang langsung kepada kasir, tapi mereka selalu mengulurkan nampan tersebut untuk menerimanya.

5. Tisu gratis

Biasaya tisu ini dibagikan di tempat-tempat umum, seperti di perempatan lampu merah, di pusat perbelanjaan, dan di gerbang kampus. Kata orang Jepang yang saya kenal, itu sebenarnya salah satu cara promosi, baik barang dan jasa, maupun suatu kegiatan, makanya gambarnya bisa macam-macam. Sayangnya saya tidak mengerti arti tulisannya. Kalau kebetulan melihat ada orang yang membagi-bagikan tisu dan kalian tidak ditawari tapi ingin, nggak apa-apa kok, diminta langsung, mereka pasti senang karena barangnya habis. Saya sering begitu.

6. Suara sengau para pramuniaga perempuan

Setiap mengunjungi daerah perbelanjaan yang biasanya berupa lorong-lorong, atau juga di dalam gedung, pasti akan sering mendengar mbak-mbak pramuniaganya memanggil pengunjung dengan suaranya yang sengau, terutama kalau sedang ada diskon, bisa lebih kencang lagi. Pas awal-awal, kedengarannya lucu dan norak, tapi lama-kelamaan telinga jadi terbiasa dan bisa dijadikan hiburan. Tapi tetap saja, saya tidak mengerti kenapa harus begitu cara menarik perhatian pembeli.

7. Bunyi lampu tanda penyeberangan

Semua juga pasti tahu kalau menyeberang jalan harus menunggu lampu hijau khusus pejalan kaki menyala, tapi terkadang kita tidak tahu berapa lama lampu hijaunya menyala. Nah, di Jepang, setiap lampu hijau khusus pejalan kaki akan disertai bunyi “tetet… tetet…” yang semakin pelan ketika akan berganti merah, sehingga kita bisa berlari kalau kira-kira akan ketinggalan. Bagi mereka yang panca inderanya normal, mungkin kedengarannya agak berisik, tapi akhirnya saya sadar bahwa ini juga merupakan alat bantu bagi para tuna netra.

8. Toko serba 100 Yen

Toko Serba 100 Yen yang pernah saya datangi adalah Daiso, 100 Yen Shop, Can Do, dan Lawson 100. Sebenarnya harga barang-barang di sini tidak persis 100 Yen karena ada tambahan pajak 8% untuk setiap barangnya, dan terkadang ada juga produk tertentu yang harganya lebih dari 100 Yen. Karena banyak yang unik dan lucu-lucu, toko yang menjual berbagai kebutuhan dari snack sampai alat pertukangan ini adalah tempat yang bersahabat dengan kantong untuk membeli oleh-oleh atau peralatan rumah tangga.

9. Mesin penukar uang di dalam bus

Ongkos bus di Jepang haruslah dibayar dengan uang pas karena supirnya tidak melayani uang kembalian. Oleh sebab itu, di setiap bus di sediakan mesin untuk menukar uang. Mesinnya menyatu dengan tempat pembayaran yang ada di samping supir dan tidak perlu bilang kalau mau menukar uang. Walaupun uang yang kita punya bukan untuk ongkos bus, sah-sah saja kalau hanya ingin menukarkan uang.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU