Pulau Bali dikenal luas sebagai surga pariwisata Indonesia karena memiliki keindahan alam yang sangat indah dan masih terjaga. Masyarakat Pulau Bali sangat memegang teguh nilai-nilai tradisi dan adat budaya leluhur untuk menjaga kearifan lokal ditengah invasi budaya yang dibawa oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia.
Bagi para wisatawan, masyarakat Pulau Bali menerapkan beberapa aturan yang cukup ketat yang harus dipatuhi jika ingin mengunjungi tempat-tempat yang dianggap sakral dan suci. Berikut ini disajikan tujuh peraturan pariwisata yang harus dipatuhi oleh wisatawan di Bali.
Masyarakat Pulau Bali cenderung lebih konservatif dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai tradisi dan budaya leluhur. Sebagai wisatawan, anda adalah tamu yang harus turut menghormati dan mematuhi beberapa hal tersebut. Cobalah untuk mengenakan pakaian yang sopan yang menutup bagian bahu, terutama saat berkunjung ke pura dan tempat ritual keagamaan. Jaga sopan santun selama di Pulau Bali dengan tidak berucap kasar atau bermesraan di depan umum.
Ketika berada di Pulau Bali, anda pasti akan sangat sering melihat banyak sesajen yang ditempatkan di depan bangunan atau bawah pohon. Biasanya sesajen terdiri dari bunga ubo rampe dan dupa yang dibungkus daun pisang. Bagi Masyarakat Pulau Bali, sesajen tersebut merupakan bentuk penghormtan mereka kepada alam semesta. Haram hukumnya bagi anda untuk merusak sesajen-sesajen tersebut jika tidak ingin mengalami kesurupan dan diganggu makhluk halus.
Masyarakat Pulau Bali cukup rutin menggelar ritual ibadah di beberapa pura utama Bali. Jika saat anda berkunjung ke Pura yang sedang digunakan untuk ritual ibadah pastikan aktivitas wisata anda tidak mengganggu kekhidmatan prosesi ritual ibadah yang sedang berlangsung.
Pura merupakan tempat suci yang digunakan untuk melangsungkan berbagai ritual ibadah keagamaan. Pura hanya boleh dimasuki oleh
orang dalam keadaan suci. Wanita yang sedang mengalami haid menurut masyarakat Bali dianggap sedang tidak suci sehingga dilarang untuk memasuki Pura. Selain itu, wisatawan yang sedang mengalami pendarahan akibat luka di tubuhnya juga tidak dilarang memasuki Pura.
Terdapat satu aturan yang harus dipatuhi oleh wisatawan yang ingin memasuki Pura, yaitu mengenakan selendang serta kain. Biasanya pengunjung yang telah mengenakan celana atau rok yang menutup lutut hanya akan diwajibkan menggunakan selendang saja yang dililitkan di bagian pinggul. Namun bagi wisatawan yang mengenakan celana atau rok pendek diatas lutut, sebelum mengenakan selendang akan diwajibkan menggunakan kain untuk menutup bagian paha terlebih dahulu.
Hari Raya Nyepi merupakan salah satu ritual keagamaan dalam agama Hindhu dengan menghindarkan diri dari aktivitas di keramaian. Pada saat Hari Raya Nyepi masyarakat Pulau Bali akan berdiam diri di dalam rumah, bahkan mereka tidak akan menyalakan lampu di malam hari. Jika saat perjalanan wisata anda ke Pulau Bali bertepatan dengan perayaan Hari Raya Nyepi pastikan untuk menghormati ritual tersebut dengan tidak membuat gaduh dan menyalakan peralatan listrik di tempat umu.
Bagi Masyarakat Pulau Bali, jiwa manusia terletak di bagian kepala. Oleh karena itu sangat masyaralat setempat sangat melarang memainkan kepala orang lain. Bahkan hal ini pun berlaku untuk anak-anak. Selain itu dalam melakukan aktivitas bersama masyarakat Bali sebisa mungkin menggunakan tangan kanan, penggunaan tangan kiri adalah bentuk penghinaan dan tindakan tidak sopan bagi mereka.