Malioboro, destinasi Yogyakarta yang selalu ramai lalu lalang wisatawan. Tujuan mereka ke sana pun beragam. Entah sekadar berkeliling sambil nikmati hangat dan ramainya kota Jogja, atau sengaja ke sana untuk membeli oleh-oleh.
Kamu yang udah pernah ke Malioboro pasti tahu benar, deretan souvenir yang dijual di selasar ruko-ruko Jl. Malioboro membuat mata tak tahan melirik. Kaos bertuliskan “I Love Jogja”, daster batik dengan berbagai motif yang nyentrik, tas-tas etnik yang unik, jadi pemandangan menarik. Yang tadinya nggak berniat untuk membeli, akhirnya tergoda juga dengan warna-warni souvenir khas Jogja ini. Ya, meski hanya sebuah gelang tali pursik, pasti kebeli juga.
Tapi, sudah jadi rahasia publik kalau berbelanja di pusat perbelanjaan, khususnya Malioboro perlu kehati-hatian. Kamu dituntut untuk lebih pintar dari penjual biar tidak tertipu dengan tarif harga yang terlalu mahal. Nah, kalau Kamu lagi jalan-jalan di Malioboro dan mau beli souvenir, berikut beberapa hal yang harus Kamu perhatikan;
Dengan demikian, Kamu tidak akan kebingungan saat memilih oleh-oleh. Ketika Kamu tidak mencatatnya, Kamu membeli tanpa terkontrol. Membeli sesuka hati hanya karena melihat bentuknya yang menarik. Bukan karena kebutuhan untuk siapa oleh-oleh tersebut diberikan.
“Mencari tau di mesin pintar seperti google, souvenir apakah yang khas dan hanya dapat ditemui di Jogja, itulah yang bisa Kamu lakukan untuk menekan biaya agar dompet tidak terkuras lebih dalam”
Tawarlah harga 50% lebih rendah dari harga yang diberikan, karena jika diperhitungkan, pedagang pasti sudah menaikan harga 20% sampai 30% lebih mahal. Agar mendapat harga yang lebih miring, kita harus menawar harga jauh di bawah persentase itu.
Percaya atau tidak, penampilah juga mempengaruhi harga barang. Ketika Kamu berpenampilan rapi layaknya wisatawan, para pedagang akan memberi harga yang tinggi. Kenapa? Karena mereka beranggapan wisatawan seperti kita ini buta harga dan rela mengeluarkan banyak uang demi dapatkan barang yang didapatkan. Kapan lagi? Mumpung lagi di Yogyakarta. Jadi, berpakainlah selayaknya warga lokal.
Pedagang biasanya menaikan harga lebih tinggi pada wisatawan, karena dianggap buta harga terhadap barang yang dijajakan.
Masih ada kaitannya dengan poin di atas, berpenampilan selayaknya warga lokal memang perlu. Yang tidak kalah penting, berdandanlah sewajarnya. Jangan berlebihan. Apalagi kenakan perhiasan yang mencolok. Selain mengundang perhatian para tangan-tangan nakal, Kamu pun bakal jadi sasaran empuk pedagang. Karena Kamu akan dianggap sebagai pembeli yang punya banyak uang, jadi pasti tidak berkeberatan membeli dengan harga tinggi.
Kalau Kamu lagi berkunjung ke suatu tempat, nggak ada salahnya pelajari bahasa setempat. Minimal, pelajari kalimat percakapan standar. Seperti kalimat penawaran, sapaan, dan berterimakasih. Dengan mencoba mengucapkan dengan bahasa setempat, Kamu akan terlihat seperti warga lokal. Selain itu, menggunakan bahasa daerah setempat dianggap sangat menghormati kebudayaan yang ada.
Usahakan agar Kamu tidak terlihat sebagai seorang yang membutuhkan barang tersebut. Semakin terlihat sebagai orang yang menginginkan barang, maka akan semakin jual mahal pedagang itu. Apalagi Kamu para perempuan, para pedagang ini tahu benar, ketika perempuan menginginkan suatu barang, 80% barang tersebut pasti akan dibeli juga.
Jadi, bersikaplah jual mahal. Caranya? Ketika pedagang tidak memberikan harga yang kita tawarkan, tinggalkan kios tersebut. Dalam hitungan detik, biasanya pedagang akan memanggilmu dan kembali berikan penawaran yang lebih murah.
{QWERTY}
“Monggo mbak gantungan kuncinya murah, Rp 5.000 dapat dua” atau “monggo dilihat-lihat mbake, beli satu nanti tak kasih bonus satu”. Kalimat seperti inilah yang akan Kamu dengar setiap kali datang ke Malioboro.
Biarkan mereka merayumu, toh memang itu pekerjaan mereka. Kalau Kamu tidak benar-benar membutuhkannya, anggap saja seperti angin. Tapi, kalau Kamu memang butuh, beranilah menawar dengan harga yang sadis.
Sebelum menawar, pastikan terlebih dahulu, apakah Kamu benar-benar ingin membeli barang itu. Karena kalau tiba-tiba Kamu batalkan pembelian padahal pedagang souvenir sudah memberikan harga terendah, pedagang akan kecewa dan mengeluarkan kalimat yang tidak mengenakan.
Kadang, ada pedagang yang beralibi tidak punya kembalian, akhirnya mereka membujuk rayu kita untuk membeli barang lain sebagai ganti kembaliannya. Supaya Kamu tidak mengalami hal ini, menyiapkan uang pas rasanya jadi solusi yang tepat.
Kalau Kamu tidak mendapat harga yang diharapkan, ingat poin ke 5, jual mahal. Jika pedagang tak kunjung memanggil kalian untuk kembali, jangan kecewa karena masih banyak pedagang di sepanjang jalan yang menjual barang yang sama. Dan siapa tahu, Kamu bakal mendapatkan harga lebih rendah.
***
Berbelanja memang membutuhkan sebuah seni, seni menahan hasrat memborong dan seni menawar barang. Hal yang paling mendasar adalah kenali dan pahami budaya setempat, termasuk bahasanya, karena itu semua akan sangat membantu ketika Kamu jalan-jalan, tidak hanya berlaku di Malioboro, Jogja saja.