Yuan Jadi Mata Uang Dunia, Mampukah Kalahkan Dominasi Dolar AS?

Seperti hubungan kedua negara ini, antara Dolar AS dan Yuan tampaknya terlibat persaingan untuk memperebutkan takhta sebagai mata uang dunia.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Dolar Amerika Serikat (AS) sudah dikenal lama sebagai mata uang dunia yang menjadi acuan untuk nilai tukar mata uang dari berbagai negara. Tak hanya itu, Dolar AS juga memiliki cakupan yang sangat luas karena jauh lebih banyak digunakan daripada mata uang lainnya. Namun belakangan ini, mata uang asal China, Yuan, terlihat mulai menunjukkan taringnya.

Seperti hubungan kedua negara ini, antara Dolar AS dan Yuan tampaknya terlibat persaingan untuk memperebutkan takhta sebagai mata uang dunia. Yuan akhir-akhir ini mulai meningkatkan cakupannya dalam cadangan global serta perdagangan internasional. Beberapa ahli menganggap, inilah langkah awal Yuan untuk menggantikan Dolar AS sebagai mata uang dunia.

Dolar AS sejak September ini memang terus mengalami pelemahan yang cukup signifikan. Namun apakah mungkin Yuan memiliki peluang untuk menjadi mata uang dunia, menggantikan dominasi Dolas AS?

Yuan Menggantikan Dolar AS?

Menurut sebagian analis, meskipun Yuan terus mengalami kemajuan dan peningkatan, tapi ini belum cukup untuk mengalahkan dominasi Dolar AS. Yuan dari China dinilai masih jauh tertinggal dibandingkan Dolar AS. Baik antara Yuan dan Euro, keduanya sudah sejak lama berusaha menyalip dan bersaing dalam penguatan nilai terhadap Dolar AS yang berasa di puncak.

Seorang ahli strategi investasi senior di Vantobel Asset Manegement, Sven Schubert, menjelaskan bahwa peningkatan dominasi Yuan di kancah global disebabkan oleh teknologi dan dukungan investasi. Belt and Road Initiative (BRI) telah membantu meningkatkan pengaruh Beijing dalam jangkauan dominasi Yuan di kawasan Eurasia dan Afrika melalui kontrak dagang.

BRI merupakan proyek ambisius dari China yang bertujuan membangun jaringan kompleks jalur kereta api, jalan raya, dan laut yang membentang dari China hingga Asia Tengah, Afrika, serta Eropa sebagai upaya untuk meningkatkan perdagangan. Melalui proyek ini, mata uang Yuan lebih jadi lebih sering digunakan daripada Dolar AS di kawasan yang dijangkaunya.

Tak hanya itu, perang dingin dengan AS telah mendorong dedolarisasi atau buang dolar di China. Bersama Rusia, China berupaya untuk menghentikan ketergantungannya pada AS. Dalam laporan tahunannya, Bank of Russia telah meningkatkan Yuan sebagai cadangannya lebih dari 14% pada tahun 2019. Di tahun yang sama, Dolar AS dikurangi menjadi 9,7% saja.

Akibat ulah aliansi dua negara ini, Dolar AS pada kuartal pertama tahun 2020 mengalami penurunan di bawah angka 50% dalam pembayaran. Pun demikian, Yuan masih kurang mewakili kepentingan ekonomi untuk saat ini. Yuan masih belum mampu menyaingi Dolar AS sebagai mata uang dominan di pasar keuangan global dalam beberapa tahun mendatang.

Kemungkinan lain bisa saja berubah seiring dengan berjalannya waktu, mengingat pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin dinamis. Yuan saat ini duduk di posisi enam sebagai mata uang yang paling sering digunakan dalam pembayaran internasional. Pangsa Yuan dalam cadangan global telah naik menjadi 2% di tahun 2016. Yuan juga menguat akhir-akhir ini.

Indonesia Menggunakan Yuan

Setelah Trump menjadi Presiden AS, mata uang berbagai negara, termasuk Indonesia mengalami pelemahan. Presiden Joko WIdodo pada tahun 2016 pernah meminta masyarakat untuk mengukur nilai tukar Rupiah dengan mata uang negara lain, seperti Yuan. Yuan layak dipertimbangkan karena China menjadi mitra dagang terbesar Indonesia, dengan nilai ekspor 15%.

Meskipun demikian, pengamat ekonomi menilai belum waktunya Yuan jadi tolak ukur perekonomian. Hal ini mengingat perekonomian China belum terlalu stabil, dan penguatannya masih fluktuatif terhadap Dolar AS. Di luar sektor perdagangan, Indonesia masih terlalu bergantung dengan Dolar AS. Saat ini jelas Indonesia belum bisa menjadikan Yuan sebagai patokan.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU