Jika biasanya kita membayar makanan yang kita beli dengan uang, maka berbeda lagi dengan sebuah warteg di Semarang ini. Di wartegi ini para pengunjung harus membayar makanan yang dipesan dengan plastik bekas alias sampah tak terpakai. Aneh memang, tapi itulah kenyataannya.
Karena sistem pembayarannya menggunakan sampah, maka warteg ini pun lebih akrab disapa “warteg sampah”. Berlokasi di area TPA Jatibarang Semarang, warteg sampah ini sudah berdiri sejak awal tahun 2016.
Ada kisah menarik di balik cara pembayarannya yang menggunakan sampah plastik. Setelah kami telusuri, dulunya banyak pelanggan warteg yang makan di sana namun jarang membayar. Karena banyaknya pelanggan yang utang, akhirnya pemilik memutuskan untuk meminta para pelanggannya membayar kuliner yang dipesan menggunakan sampah plastik bekas.
Karena keunikannya ini, warteg sampah yang dikelola oleh pasangan suami istri Sarimin dan Suyatmi ini pun terkenal. Bahkan Hendrar Prihadi, Walikota Semarang pernah makan di sini dan membawa sampah di dalam mobilnya untuk membayar makanan yang ia pesan.
“Saya mencoba melawan sampah plastik. Tak perlu teriak-teriak, tapi saya mulai dari diri saya sendiri,” kata Hendi dilansir dari Liputan6.com (16/3/2016).
Sang penjual mengaku akan memberikan seporsi makan jika sang pembeli membawa sampah seberat 20 kilogram. Sarimin mengaku menghargai sampah plastik dengan harga Rp 500 per kilonya.
“Untuk makan, syaratnya membawa minimal 20 kilogram sampah plastik. Kami sediakan timbangan sederhana di depan warung,” ujar Sarimin.
Cukup banyak memang, tapi tidak sebanding dengan sampah yang sering kita buang setiap harinya bukan?
Asiknya lagi, jika pengunjung membawa sampah yang berlebih, Sarimin akan menganggap pengunjung menabung di warteg tersebut dan bisa makan kapan saja ke warung ini. Nominalnya tidak bisa diuangkan tapi bisa diganti dengan makanan dan minuman.
“Sehari bisa dapat 2 kuintal plastik yang dikumpulkan 20 pemulung. Biasanya kalau sudah, saya dapat 1 sampai 2 ton lalu diangkut. Saya untung dari plastik dan dagangan nasi. Kami bisa untung lumayan karena gas metana ini gratis. Sebulan kantin sampah ini bisa untung Rp1,5 juta,” kata Sarimin sambil tertawa.