Bangsa Jepang memiliki begitu banyak tradisi unik yang seolah tidak pernah habis untuk dikupas. Salah satu yang menarik untuk dibahas adalah upacara minum teh (sado, chado) untuk menyambut tamu yang berkunjung. Tradisi ini pada zaman dahulu disebut chato.
Awalnya upacara minum teh merupakan kubudayaan China. Masyarakat China mengkonsumsi teh untuk pengobatan, namun seiring berjalannya waktu teh juga dikonsumsi sebagai minuman yang nikmat dan menyegarkan. Di Jepang upacara minum teh diperkenalkan pertama kali oleh seorang Biksu Budha pada abad ke-9.
Aturan-aturan mengenai tradisi minum teh ditulis pertama kali oleh seorang penulis dari China beragama Budha bernama Lu Yu. Tulisan Lu Yu sangat berpengaruh pada tradisi upacara minum teh di Jepang. Abad ke-12 masyarakat di Jepang menemukan varian jenis teh baru yaitu matcha, dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Matcha awalnya digunakan untuk keperluan ritual keagamaan Agama Budha. Era Dinasti Edo para samurai mulai meminum matcha dalam upacara minum teh. Lambat laun tradisi upacara minum teh matcha menjadi kebiasaan seluruh lapisan masyarakat Jepang.
Upacara minum teh di Jepang disiapkan oleh chanoyu yaitu orang yang telah memiliki keahlian khusus dalam seni upacara minum teh. Chanoyu diwajibkan memiliki pengetahuan luas tentang jenis-jenis teh, kimono, ikebana, kaligrafi Jepang, dan pengetahuan tradisional lainnya. Tuan rumah bertanggaung jawab dalam menciptakan suasana yang menyenangkan seperti memilih kaligrafi dan mangkok yang disesuaikan dengan musim dan status tamu.
Hal unik dalam tradisi upacara minum teh di Jepang adalah posisi tubuh yang harus tegap dengan kaki dilipat kebelakang. Tamu wanita akan diberikan mangkuk dengan lukisan bunga yang indah, sedangkan tamu pria akan diberikan mangkuk yang lebih simpel. Saat meminum teh, tangan kiri memegang mangkuk teh dan tangan kanan memutar mangkuk dalam tiga kali putaran hingga lukisan di mangkuk menghadap ke depan. Jika hal ini tidak dilakukan akan sangat menyinggung perasaan tuan rumah.
Upacara minum teh di Jepang bukan sekedar tradisi biasa. Lebih luas dari itu, upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup agama, cara berpikir, tujuan hidupa, dan berbagai pengetahuan seni dalam upacara minum teh.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang harus mampu mempelajari tata krama, basa-basi, kebiasaan, etiket minum teh, dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.